Pendidikan adalah cermin kepribadian bangsa, dengan pendidikan yang berkualitas dan memadai serta terjangkau bagi semua kalangan, setiap generasi penerus bangsa akan mampu membangun bangsanya secara maksimal.
Sistem Pendidikan di Indonesia, saat ini menurut saya cenderung berfokus pada satu sisi saja. Di bawah sistem pendidikan dan penilaian yang hanya mementingkan IQ, banyak orang tersisih. Di sekolah / kuliah, yang dihargai hanyalah kemampuan matematis, logis, dan hafalan. Pelajar yang menonjol dalam kemampuan ini dianggap “pintar”. Sedangkan pelajar yang mempunyai kelebihan di bidang lain seperti seni, olahraga, hubungan sosial, atau bahkan kepemimpinan sekalipun dianggap pelajar yang biasa saja.
UU NO 20/2003 tentang Sisdiknas yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah “menciptakan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Yuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab“. (Kemdikbud)
Tapi apa yang terjadi pada penerapannya sistem pendidikan kita saat ini yang lebih berorientasi pada pengembangan kecerdasan intelektual saja (IQ) saja dan dimensi kecerdasan yang lain seperti kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) di marginalkan…
Penerapan IQ tanpa EQ ?
ilustrasi gambar dari situs http://www.inovizion.com/iq-vs-eq/
Seseorang dengan IQ yang baik tanpa dibarengi dengan EQ yang baik akan baik secara pola pikir logika namun tidak mampu mengendalikan emosi dirinya, dan sulit berkomunikasi dan benegosiasi dengan baik.
Contoh :
Fauzan adalah seorang pelajar yang pintar di kelasnya, namun dia selalu arogan dan egois dalam pengerjaan tugas kelompok, maka ketika ada pembagian tugas kelompok maka ia akan kesulitan mencari teman kelompok, karena rekan-rekan yang lain merasa kesulita bekerjasama dengan Fauzan tadi.
Sebaliknya, Eri mempunyai kemampuan penalaran dan logika yang biasa saja, namun kemampuan emosionalnya bagus yang dapat terlihat dari keadaan dirinya yang mampu berempati, memahami, mengendalikan emosi, berkomunikasi, bersosialisasi dan menempatkan dirinya secara tepat sesuai dengan situasi yang ada, sehingga ketika ia mendapat tugas kelompok yang sama, ia lebih klop dan lebih mudah mendapat teman kelompok.
Begitulah EQ dapat mempengaruhi pola pikir banyak orang meskipun aspek IQ dianggap biasa saja
Daniel Gomann dalam bukunya Emotional Intelligence (1994) mengatakan bahwa kontribusi IQ hanya 20% terhadap kesuksesan seseorang (AN,2008)
IQ EQ ada, SQ tidak ada ?
IQ dan EQ apabila sudah dimiliki seseorang, namun tanpa SQ apa yang terjadi ???
Contoh nyatanya adalah berita yang sering kita saksikan di televisi akhir-akhir ini. Yap………. tebakan anda benar.
ilustrasi gambar dari situs http://politik.kompasiana.com/
Koruptor, utamanya kelas kakap (mempunyai pangkat jabatan tinggi) biasanya mempunyai tingkat kecerdasan (yang dibuktikan dengan tingkat pendidikan tinggi) dan kepandaian dalam berstrategi, dan dalam EQ nya dibuktikan dalam hal pengaruhnya agar bisa berkompromi dan mengajak kerjasama dengan orang lain, serta kerja keras yang luar biasa untuk dapat mencapai posisinya saat ini. Namun karena SQ nya tidak seimbang, mengakibatkan akhlak dan niat buruk muncul sehingga melakukan tindakan-tindakan rasuah (KKN) yang menguntungkan pribadi dan kelompoknya dan mengorbankan kepentingan rakyat. Itulah dampak fatal IQ,EQ dan SQ. Begitupun kita seorang pelajar, bila sejak dini SQ kita tidak dapat diterapkan dalam kehidupan pergaulan akademis dan non akademis, bukan tidak mungkin IQ dan EQ yang sudah kita bangun menjadi sia-sia saja.
Menurut sebuah penelitian, Kunci terbesar kesuksesan seseorang ada pada EQ yang dijiwai dengan SQ
IQ + EQ + SQ = JUARA !
ilustrasi gambar dari situs http://trinidadhunt.com
Untuk mewujukan pendidikan yang mampu melahirkan manusia yang ideal dan cerdas secara intelektual, emosi dan spiritual tentu bukanlah perkara yang mudah. Di Indonesia berulangkali sudah dilakukan perubahan kurikulum bahkan setiap berganti menteri sekalipun, segala upaya sudah dilakukan, namun lagi-lagi output yang dihasilkan tetap belum membuat bangsa ini bangkit menjadi negara adidaya.
Dengan mempunyai IQ , EQ dan SQ yang seimbang, seseorang akan mampu memanfaatkan potensi secara maksimal yang ada pada dirinya dan menjadi manusia yang seutuhnya “the whole person”, semoga di masa yang akan datang Pemerintah mampu menciptkan kurikulum yang memadukan ketiga hal tersebut agar bangsa kita menjadi lebih maju lagi .
Moch. Bambang Sulistio
D3 Teknik Informatika, Universitas Telkom
Sumber :
Sumber :
AN,Ubaydillah. 2008. Teori IQ EQ dan SQ. Tersedia ONLINE. http://forum.detik.com/teori-iq-eq-dan-sq-t29317.html. Diakses pada 20 Desember 2013
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. UU SISDIKNAS. Tersedia ONLINE. http://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf. Diakses pada 18 Desember 2013