Tampilkan postingan dengan label Transportasi Massal Indonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Transportasi Massal Indonesia. Tampilkan semua postingan

MENUMBUHKAN KESADARAN PENGGUNAAN TRANSPORTASI MASSAL UNTUK AKTIVITAS SEHARI-HARI

on Kamis, 28 Maret 2013

MENUMBUHKAN KESADARAN PENGGUNAAN TRANSPORTASI MASSAL UNTUK AKTIVITAS SEHARI-HARI

oleh :

Moch. Bambang Sulistio (NIM : 613110025)

Institut Teknologi Telkom

bambangbendhill@gmail.com

A. Pendahuluan

Sektor Transportasi menjadi komponen utama sistem hidup dan kehidupan, sistem pemerintahan, dan sistem kemasyarakatan. Kondisi sosial demografis memiliki pengaruh terhadap kinerja transportasi di wilayah tersebut. Begitu pula dengan tingkat kepadatan penduduk akan memiliki pengaruh signifikan terhadap kemampuan transportasi dalam melayani kebutuhan masyarakat. Di perkotaan, kecenderungan yang terjadi adalah meningkatnya jumlah penduduk yang tinggi karena tingkat kelahiran dan urbanisasi. Tingkat urbanisasi berimplikasi pada semakin padatnya penduduk dan secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi daya saing transportasi wilayah.

Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk menempati urutan empat di dunia, dengan lebih dari 250 juta penduduk. Dengan penduduk yang banyak dan kontur geografis Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau, Transportasi massal menjadi sarana angkut yang cukup penting untuk mobilitas warga dalam menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari. Pada realitasnya, masih banyak masyarakat  enggan menggunakan transportasi massal dan cenderung menggunakan kendaraan pribadi karena berbagai alasan. Tentu dengan fenomena ini memunculkan banyak masalah baru seperti kemacetan, polusi udara, kebijakan subsidi BBM yang membengkak, bahkan dapat menyentuh langsung sektor riil seperti kegiatan perekonomian, pendidikan, dan bidang lain akibat efisiensi waktu yang berkurang dan menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Tulisan ini mencoba mendeskripsikan fenomena tersebut, terutama yang disoroti adalah bidang transportasi angkatan darat serta memberikan saran dan solusi untuk kembali menumbuhkan kepercayaan menggunakan kendaraan umum dibanding kendaraan pribadi.

B. Kurangnya Penggunaan Transportasi Publik

1. Tren Penggunaan Kendaraan Pribadi  Meningkat

Di Indonesia khususnya di sektor angkatan darat, tren penggunaan kendaraan pribadi terus meningkat secara signifikan, berdasarkan data dari  Badan Pusat Statistik, di tahun 2011 jumlah mobil penumpang mencapai 9.548.866 atau naik 7,40% dibanding tahun 2010. Jumlah sepeda motor sebanyak 68.839.941 unit mengalami peningkatan signifikan sebesar 12,71% dibanding tahun 2010. Hal tersebut jauh berbeda dengan pertumbuhan pertambahan angkutan massal seperti bis misalnya, yang naik hanya 0,19% dengan jumlah 2.254.406 unit.

Kendaraan Pribadi memiliki keuntungan dalam hal mobilitas, penggunaan kendaraan pribadi meningkatkan efisiensi seseorang bekerja, rekreasi dan melakukan aktivitas sosial. Tren penggunaan kendaraan pribadi yang terus meningkat menunjukkan cerminan hasil interaksi antara peningkatan taraf hidup dan kebutuhan mobilitas penduduk. Menjamurnya perusahaan kredit motor dan mobil dengan iming-iming down payment yang murah membuat masyarakat tergiur membeli unit kendaraan pribadi, saat ini mudah ditemui satu keluarga mempunyai lebih dari satu unit kendaraan padahal tingkat ekonomi mereka belum memadai.

Bila kita ambil contoh di Jakarta, berdasakan data Kementerian Perhubungan melalui Dirjen Perhubungan Darat, tercatat 84% kendaraan yang lalu lalang adalah kendaraan pribadi. Dari jumlah ini, 45% hanya bermuatan satu orang saja, sehingga penggunaan kendaraan pribadi sudah tidak lagi efisien. Belum lagi pertumbuhan jalan yang tidak sebanding dengan pertambahan kendaraan, di Jakarta misalnya yang hanya bertambah 0,01 % pertahun membuat kemacetan panjang tidak dapat lagi dielakkan.

2. Penggunaan Transportasi Massal terus menurun

Penggunaan kereta api sebagai alat angkut transportasi massal, saat ini baru tersedia di pulau Jawa, dan Sumatera. Sayangnya, penggunaan transportasi yang dikelola PT.KAI ini jumlahnya dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Di Pulau Jawa misalnya berdasarkan data di tahun 2012 jumlah pengguna kereta api hanya 99,8 juta, atau hampir turun dua kali lipat dari sebelumnya di tahun 2011. Hal serupa juga tidak jauh berbeda dengan keadaan di Sumatera.

Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat dalam menggunakan transportasi massal seperti kereta api terus mengalami penurunan. Penurunan ini bisa disebabkan banyak faktor, seperti harga, kenyamanan, hingga ketepatan waktu yang tidak sesuai sehingga mengganggu mobilitas masyarakat.

3. Sarana dan Prasarana Tidak Memadai

  Sarana transportasi massal yang ada terkesan dibiarkan tumbuh asal-asalan tanpa manajemen yang baik. Saat ini masih mudah ditemui alat transportasi massal yang tidak laik lagi digunakan karena usia yang sudah tua namun masih dibiarkan beroperasi, bahkan fasilitas didalamnya juga cukup memprihatinkan, seperti kursi yang sudah mulai berlubang, kaca yang sudah retak, tidak adanya pendingin udara, tidak adanya pintu darurat, dibiarkannya pedagang masuk untuk berjualan, tingkat kebersihan yang buruk, hingga tindakan supir yang ugal-ugalan, sehingga tidak memberikan kenyamanan malah membahayakan penumpang. Belum lagi polusi udara yang tinggi akibat mesin yang sudah usang. 

Halte yang saat ini berjejer di pinggir jalan tidak lagi digunakan sebagai tempat penumpang untuk menunggu angkutan, tidak sedikit halte justru digunakan untuk pedagang kaki lima dan tempat “transit” pengemis untuk mencari sesuap nasi. Transportasi massal seperti bis dan angkutan umum belum termanajemen dengan baik, dikarenakan kebijakan pemerintah sedari awal yang kurang memperhatikan hal ini. Seharusnya bis dan angkutan umum tidak menurunkan penumpang di sembarang jalan, tapi di halte yang telah ditentukan. Setiap angkutan umum dan bis seharusnya memiliki trayek masing-masing dengan jumlah yang merata sesuai dengan tingkat kepadatan penduduk di wilayah tersebut, sehingga tidak ada lagi demonstrasi supir angkot yang mengeluh karena kekurangan penumpang. Peremajaan kendaraan pun sangat penting untuk memberikan kenyamanan kepada penumpang. Peran Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan sangat dibutuhkan dalam menindak tegas angkutan yang sudah tidak laik jalan namun masih “berkeliaran” di jalanan, dan juga memberikan subsidi dalam harga perjalanan sehingga dapat meningkatkan minat masyarakat kembali menggunakan transportasi umum.

        Bila kita melihat sistem transportasi umum di Singapura misalnya, sistem transportasi di Singapura sudah terintegrasi dengan pembangunan kawasan komersial dan pemukiman. Pemerintah Singapura bekerja sama secara konsisten dengan berbagai lembaga tanpa adanya Korupsi dan Kolusi demi kemajuan transportasi di negaranya. Efisiensi waktu, kemudahan, integrasi, dan kenyamanan adalah ganjaran atas usaha pemerintah Singapura dalam meningkatkan layanan moda transportasi. Pelancong baru sekalipun akan mudah bepergian kemana-mana karena terdapat peta yang dengan mudah ditemui di setiap sudut, bis teratur sesuai jadwal, stasiun-stasiun MRT yang dilengkapi pendingin udara, dan integrasi dengan menggunakan teknologi informasi. Semua fasilitas yang ada dirawat seolah-olah selalu terlihat baru. Begitu juga di Jepang tidak jauh berbeda, masyarakat memilih menggunakan transportasi massal untuk aktivitas sehari-hari karena segalanya serba efisien, ketika ingin melakukan rekreasi, barulah mempertimbangkan menggunakan kendaraan pribadi.

    Saat ini, ibukota DKI Jakarta sudah mulai melirik potensi transportasi massal dengan sudah berjalannya Trans Jakarta dan rencana dibangunnya MRT, meskipun bisa dikatakan terlambat, semoga usaha ini cepat terwujud dan dapat diikuti oleh pemerintah daerah lainnya.

C. Upaya Membangkitkan Minat Masyarakat Menggunakan Transportasi Umum

       Pembangunan transportasi massal di kota-kota besar di Indonesia saat ini merupakan kebutuhan yang mendesak. Kita tidak mungkin membiarkan pertumbuhan kendaraan pribadi dan menimbulkan kemacetan yang kian parah. Diperlukan upaya keras dari pemerintah dalam menggiatkan kembali penggunaan transportasi umum. Karut marutnya sistem transportasi nasional mungkin tidak bisa dilepaskan dari tidak adanya cetak biru sistem transportasi nasional, kalaupun ada seperti berdiri sendiri.

        Kementerian Perhubungan, Kementerian Pekerjaan Umum, BAPPENAS, dan Pemerintah seperti tidak terintegrasi satu sama lain, sehingga tidak pernah terbangun sistem transportasi intermoda yang andal, efisien dan mampu memenuhi tuntutan pergerakan dan pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah.

        Dalam sektor Kebijakan dan Hukum, Pemerintah harus mulai melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga terkait untuk membuat cetak biru transportasi yang layak dan memadai, dan secepat mungkin merealisasikannya. Kebijakan-kebijakan pemerintah dalam menekan laju pertumbuhan kendaraan pribadi juga harus dilakukan, misalnya dengan melakukan pembatasan pembelian jumlah kendaraan pertahun misalnya, dan secara tegas melarang kendaraan yang sudah tidak laik beroperasi untuk tidak lagi digunakan di jalan raya, bila masih digunakan diberikan sanksi berupa hukuman penjara agar memberi efek jera. Terkait kebijakan yang ada seperti pembatasan kendaraan dengan pola ganjil genap, ataupun penerapan three in one harus dilakukan uji publik terlebih dahulu, agar tidak menimbulkan apatisme dari masyarakat dengan cara melakukan segala cara untuk melanggar kebijakan yang dibuat.

        Dalam sektor Ekonomi, subsidi bagi transportasi massal sangat diperlukan agar minat masyarakat dalam menggunakan transportasi massal meningkat, sebaliknya juga ada retribusi bagi pengguna kendaraan pribadi dengan meningkatkan tarif tol ataupun penambahan pajak kendaraan.

      Dari bidang Sosial, dibutuhkan sosialisasi yang jelas dari pemerintah dan kesadaran warganya untuk mulai kembali menggunakan transportasi umum, jangan sampai menunggu lagi. Setelah pembenahan transportasi dilakukan, pemerintah segera melakukan sosialisasi dengan memberikan nilai-nilai positif bila menggunakan transportasi umum, dengan demikian diharapkan minat masyarakat pada transportasi umum meningkat.

       Dari bidang Pendidikan, kurikulum pendidikan berkarakter yang saat ini sedang didengung-dengungkan harus tercipta realisasinya, misalnya dalam disiplin antre, disiplin menjaga kebersihan, kesadaran lingkungan , dan lainnya sehingga ketika peserta didik terjun ke masyarakat sikap kesadaran dan disiplin tersebut dilakukan ketika mereka menggunakan transportasi umum.

        Di bidang Kesehatan dan Lingkungan, diperlukan sosialisasi dari Pemerintah agar dapat menimbulkan kesadaran masyarakat bahwa semakin banyak kendaraan yang ada di jalan, menimbulkan tingkat polusi tinggi yang dapat merusak kesehatan lingkungan maupun kesehatan manusia akibat kualitas udara yang kita hirup. Pembatasan pembangunan gedung-gedung tidak boleh kebablasan, harus memperhatikan penghijauan terutama di pinggir jalan dan pusat perkotaan untuk mengimbangi tingkat polusi kendaraan.

         Di bidang Teknologi Informasi, integrasi sistem tiket dengan menggunakan kartu (smart card) dapat dilakukan, sehingga dapat memudahkan masyarakat dalam melakukan pembayaran. Kartu yang dibuat hendaknya tidak berlaku di satu jenis kendaraan, namun di semua jenis kendaraan. Hal tersebut dapat dilakukan melalui mekanisme dan kerjasama yang baik diantara pemerintah dan pihak terkait.

D. Penutup

       Kebutuhan Transportasi Massal saat ini adalah kebutuhan yang mendesak. Perlu upaya pemerintah dan kesadaran masyarakat dalam upaya kembali menggiatkan penggunaan moda transportasi massal, namun tidak berarti masyarakat dilarang menggunakan kendaraan pribadi, namun penggunaannya tidak dilakukan dalam aktivitas sehari-hari. Bila Pemerintah bekerja keras dengan menciptakan kondisi moda transportasi kita sudah layak dan memadai disertai fasilitas pendukung yang baik, niscaya akan banyak pengguna kendaraan pribadi yang akan beralih ke moda transportasi umum sehingga berdampak positif bagi kehidupan masyarakat seperti berkurangnya tingkat kemacetan, efisiensi waktu tempuh, berkurangnya polusi, dan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Amilla. (2010, Agustus 13). Belajar dari Singapura membuat sistem transportasi terintegrasi. Tersedia : http://amillavtr.wordpress.com/2010/08/13/belajar-dari-singapura-membuat-sistem-transportasi-terintegrasi//.[online] .[2013, Maret 26]

Badan Pusat Statistik. (2013, Januari 4). Statistik Indonesia 2012. Tersedia : http://www.bps.go.id/hasil_publikasi/si_2012/index3.php?pub=Statistik%20Indonesia%202012/ [online]. [2013, Maret 27]

Departemen Perhubungan.(tanpa tahun). Pedoman Teknis Prinsip Dasar Pembatasan Lalu Lintas Kendaraan Pribadi. Tersedia : http://bstp.hubdat.web.id/data/arsip/batas.pdf.[online]. [2013, Maret 27]

RIWAYAT HIDUP

Moch. Bambang Sulistio lahir di Bandung, 15 Juli 1992 adalah lulusan SMA Negeri 1 Margahayu Bandung, saat ini sedang menempuh pendidikan Diploma Tiga (D-3)  di Jurusan Teknik Informatika , Institut Teknologi Telkom.

Tag : , , , , , , , , ,
 
 
© bambang sulistio | situs pribadi Moch. Bambang Sulistio | All Rights Reserved
www.bambangsulistio.web.id is continuation of bambangworld.blogspot.com