Tampilkan postingan dengan label Makalah Pengaruh Culture Shock. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Makalah Pengaruh Culture Shock. Tampilkan semua postingan

Pengaruh Culture Shock Terhadap Mahasiswa Studi Kasus di Institut Teknologi Telkom, Bandung Part.2

on Senin, 29 April 2013

Tulisan ini adalah tulisan yang ke-2 , untuk membaca bagian awal silahkan klik disini

 

BAB III

ANALISIS DATA

Tabel 3.1. Harapan pertama ketika tiba di Bandung

Variabel

Jumlah

Persentase(%)

Optimistik, Senang, dan Tertantang hidup di lingkungan baru dan keinginan berprestasi

62

50,0

Biasa saja

49

39,5

Tidak Optimis, karena IT Telkom bukan tujuan awal/utama

13

10,5

Dari data yang terkumpul dapat disimpulkan setengah mahasiswa optimis, senang, dan tertantang hidup di lingkungan baru dan mempunyai keinginan berprestasi, sedangkan hampir 40% menganggap biasa saja ketika tiba di Bandung.

Tabel 3.2. Mengalami Culture Shock ketika pertama (1-3) bulan tinggal di Bandung

Variabel

Jumlah

Ya

62

Tidak

62

image

Gambar 3.1. Mengalami Culture Shock ketika pertama (1-3) bulan tinggal di Bandung dalam persen

Mahasiswa yang mengalami culture shock ketika tiba di Bandung sebanyak 50%, sedangkan yang tidak mengalami culture shock juga sebanyak 50%.

Tabel 3.3. Bentuk-Bentuk Culture Shock yang anda alami saat 1-3 bulan pertama tinggal di Bandung

Variabel

Jumlah

Merasa tidak nyaman dan tidak betah

25

Mengalami kebingungan dan ketidaktahuan ingin berbuat apa

27

Kesulitan bergaul dan mencari teman

16

Pernah tertekan dan stress hingga sakit

8

Ingin pergi meninggalkan Bandung

4

Merasa orang Bandung tidak meyenangkan

6

Bermasalah dengan makanan dan pola makanan

20

Total Responden : 62

image

Responden dapat memilih lebih dari satu opsi

Gambar 3.2. Bentuk-Bentuk Culture Shock yang anda alami saat 1-3 bulan pertama tinggal di Bandung dalam persen

Bentuk culture shock yang dialami mahasiswa IT Telkom pada 1-3 bulan pertama tinggal di Bandung, sebanyak 25% mengalami kebingungan dan ketidaktahuan ingin berbuat apa di Bandung, sedangkan 24% menjawab merasa tidak betah dan tidak nyaman tinggal di Bandung. Sebanyak 19% menjawab mengalami masalah dengan makanan dan pola makan.

Tabel 3.4. Culture Shock dalam kaitannya dengan mengganggu motivasi belajar

Variabel

Jumlah

Terganggu motivasi belajarnya

35

Tidak terganggu sama sekali

27

Total Responden : 62

image

Gambar 3.3. Culture Shock dalam kaitannya dengan mengganggu motivasi belajar dalam persen

Sebanyak 56% responden mengkaui bahwa culture shock yang mereka alami dapat mengganggu motivasi belajar yang dapat berdampak pada prestasi akademik. Sedangkan sisanya menjawab tidak mengganggu sama sekali terhadap motivasi belajar mahasiswa.

Tabel 3.5. Bentuk gangguan motivasi belajar yang dialami mahasiswa akibat mengalami culture shock

Variabel

Jumlah

Malas datang kuliah

27

Bolos kuliah

11

Tidak bisa berkonsentrasi ketika kuliah

28

Merasa tidak nyaman ikut kuliah dan ingin berhenti kuliah

11

Nilai atau IP kuliah jeblok

15

Jumlah Responden : 35

Responden dapat memilih lebih dari satu opsi

Gambar 3.4. Bentuk gangguan motivasi belajar yang dialami mahasiswa akibat mengalami culture shock dalam persen

Berdasarkan data yang didapat, sebanyak 31% mahasiswa mengalami gangguan motivasi belajar berupa tidak bisa berkonsentrasi pada saat kuliah, sedangkan 29% mahasiswa berpendapat malas untuk mengikuti perkuliahan.

Tabel 3.6. Masih mengalami culture shock hingga saat ini

Variabel

Jumlah

Ya, masih mengalami

30

Tidak, sudah bisa beradaptasi

32

Jumlah Responden : 62

Gambar 3.5. Masih mengalami culture shock hingga saat ini dalam persen

Sebanyak 52% mahasiswa masih mengalami culture shock hingga saat ini. Tentu hal ini kurang baik mengingat mereka sudah cukup lama tinggal di Bandung (minimal 6 bulan). Hal ini juga menunjukkan tingkat adaptasi lingkungan yang kuran. Dengan masih banyak mahasiswa yang mengalami culture shock hingga saat ini, dikhawatirkan dapat mengganggu motivasi belajar mahasiswa.

Tabel 3.7. Bentuk-Bentuk Culture Shock yang dialami hingga saat ini

Variabel

Jumlah

Merasa tidak nyaman dan tidak betah

7

Mengalami kebingungan dan ketidaktahuan ingin berbuat apa

2

Kesulitan bergaul dan mencari teman

4

Pernah tertekan dan stress hingga sakit

4

Ingin pergi meninggalkan Bandung

5

Merasa orang Bandung tidak meyenangkan

5

Bermasalah dengan makanan dan pola makanan

10

image

Gambar 3.6. Bentuk-Bentuk Culture Shock yang dialami hingga saat ini dalam persen

Bentuk culture shock yang dialami mahasiswa hingga saat ini persentase tertinggi adalah masih bermasalah dengan pola makan dan makanan yang ada di Bandung (lingkungan kampus) sebanyak 27%, lalu merasa tidak nyaman dan tidak betah dengan lingkungan Bandung sebanyak 19%, 14% responden lainnya menyatakan merasa masyarakat di lingkungan kampus tidak menyenangkan.

Hipotesis berdasarkan hasil rekap data

a. Keterkaitan Kemiripan Budaya dengan culture shock yang dialami

Tabel 3.8. Keterkaitan kemiripan budaya dengan culture shock yang dialami

Variabel

Mengalami culture shock / jumlah responden

Persentase (%)

Sangat Mirip (70-100%)

10/20

50,0%

Mirip (30-70%)

23/52

44,2%

Tidak Mirip (0-30%)

29/52

55,7%

Dari tabel diatas dapat diketahui semakin tidak mirip kesamaan budaya asal dengan budaya yang ditempati sekarang, kemungkinan mengalami culture shock semakin besar. Meskipun dalam taraf budaya sangat mirip persentase mengalami culture shock justru lebih tinggi dibandingkan hanya mirip saja.

b. Keterkaitan provinsi asal dengan pengalaman culture shock

Tabel 3.9. Keterkaitan provinsi asal dengan pengalaman culture shock

No

Provinsi

Jumlah

Mengalami Culture Shock

Persentase(%)

1

Sumatera Utara

5

3

60,0

2

Sumatera Barat

3

2

66,7

3

Sumatera Selatan

3

2

66,7

4

Bangka

1

1

100,0

5

Riau

2

0

0,0

6

Lampung

4

3

75,0

7

DKI Jakarta

12

3

25,0

8

Banten

5

2

40,0

9

Jawa Barat (non Bandung)

37

19

51,4

10

Jawa Tengah

24

11

45,8

11

Jawa Timur

14

7

50,0

12

DI Yogyakarta

5

2

40,0

13

Bali

2

1

50,0

14

Kalimantan Selatan

2

1

50,0

15

Kalimantan Timur

2

2

100,0

16

Kalimantan Barat

1

1

100,0

17

Sulawesi Selatan

1

1

100,0

18

Maluku

1

1

100,0

Jumlah

124

Berdasarkan data diatas yang bisa dipilah berdasarkan pulau / region, di wilayah Sumatera tingkat yang mahasiswa mengalami culture shock berkisar antara 60-100%. Meskipun mahasiswa yang berasal dari provinsi Riau didapatkan angka 0%. Sedangkan untuk wilayah pulau Jawa yang relatif paling dekat dengan kampus (Jawa Barat), tingkat mahasiswa yang mengalami culture shock cenderung kecil hingga sedang, antara 25%-50%. Untuk wilayah Indonesia Tengah ke Timur, tingkat culture shock cukup tinggi antara 50%-100% namun dominan di 100%. Maka dapat ditarik kesimpulan semakin jauh tempat asal / domisili mahasiswa semakin besar mengalami culture shock ketika tiba di Bandung.

c. Keterkaitan mengalami culture shock dan menurunkan motivasi belajar terhadap IPK mahasiswa

No

IPK

Jumlah responden

Mengalami culture shock, dan terganggu motivasi belajarnya

Persentase

1

1,00-1,50

2

2

100,0

2

1,51-2,00

2

2

100,0

3

2,01-2,50

22

9

40,9

4

2,51-3,00

36

8

22,2

5

3,01-3,50

45

11

24,4

6

3,51-4,00

17

3

17,6

Tabel 3.10. Keterkaitan mengalami culture shock dan menurunkan motivasi belajar terhadap IPK mahasiswa

Dari data diatas dapat ditarik kesimpulan dari mahasiswa yang mendapat IPK antara 1,00-1,50 seluruhnya mengalami culture shock dan terganggu motivasi belajarnya akibat mengalami culture shock. Semakin tinggi IPK yang didapatkan persentase terganggunya motivasi belajar akibat culture shock cenderung semakin kecil. Dapat ditarik kesimpulan terganggunya motivasi belajar akibat culture shock dapat berpengaruh terhadap prestasi akademik mahasiswa.

d. Keterkaitan jumlah semester yang sudah ditempuh dengan pengalaman mengalami culture shock hingga di awal saat ini

Tabel 3.11. Keterkaitan jumlah semester yang sudah ditempuh dengan pengalaman mengalami culture shock di awal hingga saat ini

No

Semester

Jumlah responden

Mengalami Culture Shock di awal

Mengalami Culture shock hingga saat ini

Perubahan (%)

1

2

28

9

3

33,3

2

4

76

45

21

46,7

3

6

9

3

2

66,7

4

8

11

4

1

25,0

Dapat ditarik kesimpulan dari tabel diatas, jumlah semester (lama tinggal) di Bandung tidak mempengaruhi terhadap perubahan culture shock yang dialami hingga saat ini , karena data di semester dua hingga semester enam, persentase perubahan justru semakin tinggi.

 

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Berdasarkan mini riset yang telah kami lakukan, dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut.

a. Setengah sampel dari populasi (50%) mahasiswa mengalami fase optimistik dimana mereka merasa senang dan tertantang ketika awal berpindah ke Bandung dan memiliki keinginan untuk berprestasi.

b. Sebanyak 50% mahasiswa mengalami culture shock pada 1-3 bulan pertama tinggal di Bandung.

c. Bentuk culture shock yang dialami mahasiswa IT Telkom pada 1-3 bulan pertama tinggal di Bandung, sebanyak 25% mengalami kebingungan dan ketidaktahuan ingin berbuat apa di Bandung, sedangkan 24% menjawab merasa tidak betah dan tidak nyaman tinggal di Bandung. Sebanyak 19% menjawab mengalami masalah dengan makanan dan pola makan.

d. Sebanyak 56% mahasiswa yang diteliti mengakui terganggu motivasi belajarnya akibat mengalami culture shock

e. Bentuk gangguan motivasi belajar yang dialami diantaranya sebanyak 31% mahasiswa mengalami gangguan motivasi belajar berupa tidak bisa berkonsentrasi pada saat kuliah, sedangkan 29% mahasiswa berpendapat malas untuk mengikuti perkuliahan.

f. Hampir setengah responden (48%) dari yang sebelumnya mengalami culture shock pada saat awal tinggal di Bandung, ternyata masih mengalami culture shock hingga saat ini.

g. Semakin tidak mirip kesamaan budaya asal dengan budaya yang ditempati sekarang, kemungkinan mengalami culture shock semakin besar. Meskipun dalam taraf budaya sangat mirip persentase mengalami culture shock justru lebih tinggi dibandingkan hanya mirip saja.

h. Semakin jauh tempat asal / domisili mahasiswa semakin besar mengalami culture shock ketika tiba di Bandung.

i. Dalam penelitian ini, jumlah semester yang telah ditempuh (lama tinggal) di Bandung tidak mempengaruhi terhadap perubahan culture shock yang dialami hingga saat ini.

4.2 Saran

a. Dalam bidang Ekonomi, berdasarkan hasil kuisioner yang didapat, dengan faktor mahasiswa yang terganggu motivasi belajarnya mengakibatkan mahasiswa tersebut tidak bisa berkonsentrasi saat kuliah (31 %), malas mengikuti kuliah (29 %), dan bahkan ada yang ingin berhenti kuliah (12 %), dapat berimpilikasi pada meningkatnya tingkat drop-out/ pengunduran diri mahasiswa yang akan menyebabkan pembiayaan orang tua dan membebankan ekonomi orangtua, apalagi bila kondisi ekonomi orangtua kurang mampu. Oleh karenanya, kami memberi saran agar Pemerintah dapat memberikan bantuan operasional untuk tingkat perguruan tinggi agar mengurangi beban orangtua dalam pembayaran kuliah di jenjang perguruan tinggi. Mahasiswa pun harus termotivasi dan siap menerima kebudayaan dan membuktikan diri dapat berprestasi meskipun tinggal jauh dari orangtua.

b. Dalam bidang Sosial, dari data yang didapat masih ada pengaruh culture shock yang dialami oleh mahasiswa meskipun sudah tinggal dalam waktu minimal 1-2 semester selama di Bandung, bahkan semakin lama tinggal di bandung, persentase nya malah semakin tinggi . Dalam hal ini kelompok kami memberi saran agar mahasiswa mampu meningkatkan pengalaman beradaptasi seperti mengetahui lebih dahulu suasana kampus / lingkungan tempat tinggal, datang cukup awal sebelum masa perkuliahan dimulai, turut serta aktif dalam kegiatan di lingkungan masyarakat / organisasi kampus, dan memahami budaya yang memang ada di lingkungan tersebut, aktif berkomunikasi dengan orang tua bila ada masalah, serta persiapan mental untuk tidak malu bertanya. Dengan beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan budaya di Bandung mahasiswa merasa lebih nyaman tinggal di Bandung dan permasalahan motivasi kuliah yang terjadi terselesaikan, sementara usaha menghindar justru tidak membuat persoalan lebih baik bahkan tampak buruk.

c. Dalam bidang Pendidikan, gangguan motivasi belajar akibat culture shock yang dialami seperti malas datang kuliah, dan tidak berkonsentrasi kuliah akan mengakibatkan prestasi akademik menurun, tentunya ini tidak baik bagi perkembangan mahasiswa, karena bukan tidak mungkin dengan prestasi akademik yang kurang baik, dapat mengakibatkan mahasiswa lulus tidak tepat waktu dan bahkan peluang menuju taraf drop-out. Oleh karenanya mahasiswa harus sebisa mungkin memahami lingkungan baru mereka, sebisa mungkin beradaptasi terhadap lingkungan baru, mengikuti komunitas tempat asal tinggal supaya lebih nyaman, dan mencoba memahami lingkungan budaya yang ada misalnya dengan mengikuti adat/ kebiasaan di lingkungan sekitar.

d. Dalam bidang Kesehatan, dengan masih adanya mahasiswa hingga saat ini yang mengalami masalah dengan pola makan dan makanan yang dapat berdampak buruk pada kesehatan mahasiswa, kelompok kami menyarankan agar mahasiswa pandai dalam memilih makanan yang sesuai dengan lidah mereka. Namun,bukan tidak mungkin untuk mencoba makanan di lingkungan budaya yang baru, karena dengan semakin sering mencoba maka akan terbiasa dengan makanan yang tersedia.

e. Ada pepatah mengatakan di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Untuk komunikasi yang lancar dan efektif perlu adanya usaha untuk menghargai dan memahami serta menerima budaya orang lain. Terlebih, kita akan tinggal di budaya itu. Jika orang ingin hidup nyaman dan berhasil di lingkungan yang baru maka mau tidak mau ia harus menyesuaikan dirinya dengan lingkungan baru tersebut.

f. Dikarenakan waktu penelitian yang terlalu singkat, jumlah data yang berhasil diperoleh masih sedikit. Terlebih lagi, banyak data dari responden yang menjawab kuesioner terkesan main-main atau kurang serius dalam menjawabnya menjadikan penelitian ini jauh dari sempurna. Untuk itu perlu dilakukan penelitian ulang atau penelitian lanjutan untuk memperbaiki dan melengkapi penelitian ini. Variabel dalam penelitian ini dapat diganti maupun ditambah. Atas kekurangan dan kelemahan penelitian ini, peneliti mohon maaf.

DAFTAR PUSTAKA

Muslimah. (2007, Maret ). Tips Mengatasi Culture Shock. Tersedia : http://buat.site11.com/?Mengatasi_Culture_Shock.[online] .[2013, April 11]

Tri Ediana, Lucia. (2009, Agustus ). CULTURE SHOCK YANG DIALAMI MAHASISWA PERANTAUAN FISIP UAJY ANGKATAN 2008 DAN PENGARUHNYA TERHADAP MOTIVASI KULIAH. Tersedia : http://luciatriedyana.wordpress.com/2009/08/.[online] .[2013, April 11]

Tag : , , , , , , , , , , , , ,

Pengaruh Culture Shock Terhadap Mahasiswa Studi Kasus di Institut Teknologi Telkom, Bandung Part.1

Berikut adalah isi makalah Mini Riset saya mengenai Pengaruh Culture Shock Terhadap Mahasiswa Studi Kasus di Institut Teknologi Telkom, Bandung . Mini Riset ini dibuat dalam rangka memenuhi nilai tugas Mata Kuliah Humaniora semester 4 D3IF IT Telkom. Mengingat isi yang panjang, maka saya bagi menjadi 2 bagian

image

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kurun waktu terdekat ini kemajuan dalam segala aspek kehidupan menuntut masyarakat untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga pendidikan telah bermunculan menawarkan berbagai pilihan kepada masyarakat. Tidak menutup kemungkinkan adanya siswa ataupun mahasiswa  yang datang dari budaya yang berbeda untuk belajar bersama-sama di tempat yang mereka datangi.

Culture shock merupakan fenomena yang akan dialami oleh setiap orang yang melintasi dari suatu budaya ke budaya lain sebagai reaksi ketika berpindah dan hidup dengan orang-orang yang berbeda pakaian, rasa, nilai, bahkan bahasa dengan yang dipunyai oleh orang tersebut (Littlejohn, 2004; Kingsley and Dakhari, 2006; Balmer, 2009;Tri Ediana,2009). Littlejohn, dalam jurnal yang ditulisnya, menyatakan bahwa culture shock adalah fenomena yang wajar ketika orang bertamu atau mengunjungi budaya yang baru. Orang yang mengalami culture shock berada dalam kondisi tidak nyaman baik secara fisik maupun emosional.

IT Telkom adalah salah satu kampus swasta di Pulau Jawa yang cukup dikenal akan kualitas dalam bidang teknik sehingga lulusannya mudah mendapatkan pekerjaan. Dengan jalur seleksi yang beragam dan ketat yang dilakukan di 36 kota dari wilayah regional Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali, hingga Sulawesi, hal ini memungkinkan adanya mahasiswa yang berasal dari luar Jawa bahkan dari luar negeri karena adanya perwakilan International Office yang memungkinkan mahasiswa luar negeri untuk belajar di IT Telkom.

Fenomena datangnya mahasiswa perantauan di IT Telkom menggugah semangat kelompok kami untuk melakukan mini riset mengenai Pengaruh Culture Shock Terhadap Mahasiswa studi kasus di Institut Teknologi Telkom, Bandung . Dalam mini riset ini mahasiswa yang berasal dari luar Bandung menjadi objek penelitian.

1.2 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah yang dilakukan dalam mini riset kali ini adalah lokasi penelitian yang hanya dilakukan di kampus IT Telkom dengan objek penelitian adalah mahasiswa yang berada dari luar Bandung yang duduk di semester dua, empat, enam, dan delapan dari semua program studi dengan metode sampling (tidak semua mahasiswa dijadikan objek penelitian) dikarenakan keterbatasan waktu dan sumber daya.

1.3 Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas pada tulisan ini meliputi.

a. apakah mahasiswa perantauan IT Telkom mengalami culture shock?

b. apakah bentuk culture shock yang dialami ?

c. apakah kondisi tersebut berpengaruh terhadap motivasi dan prestasi kuliah mahasiswa perantauan IT Telkom ?

d. apakah mahasiswa perantauan telah mampu beradaptasi di lingkungan IT Telkom setelah berkuliah minimum satu semester ?

1.4 Tujuan

Tujuan yang akan dibahas dalam tulisan ini sebagai berikut.

a. Menjelaskan culture shock yang terjadi pada mahasiswa perantauan IT Telkom

b. Menjelaskan bentuk-bentuk culture shock yang dialami mahasiswa perantauan IT Telkom

c. Menjelaskan pengaruh culture shock terhadap motivasi dan prestasi belajar mahasiswa perantauan IT Telkom

d. Mengetahui tingkat adaptasi mahasiswa perantauan IT Telkom setelah menempuh pendidikan paling minimum satu semester.

1.5 Manfaat

a. Secara praksis dapat dijadikan panduan atau bahan bacaan oleh mahasiswa baru yang akan berpindah dari lingkungan sekolah menengah yang laa ke lingkungan universitas khususnya IT Telkom.

b. Secara akademis dapat menjadi penelitian awal yang dapat dikembangkan oleh peneliti selanjutnya.

1.6 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode kualitatif ini dimaksudkan untuk melihat gambaran culture shock pada mahasiswa perantauan dalam pengaruhnya terhadap prestasi dan motivasi belajar. Kelompok juga menggunakan metode kuantitatif yaitu dengan penyebaran kuisioner baik kuisioner online dan offline kepada mahasiswa perantauan di IT Telkom. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampel acak (random sampling). Selain itu penyusun juga melakukan studi pustaka dan browsing internet dalam pengumpulan data yang berkaitan dengan culture shock.

BAB II

DESKRIPSI DATA

Berdasarkan data yang didapat dengan melakukan kuisioner secara online dan offline yang dilakukan mulai tanggal 20 Maret 2013 sampai 1 April 2013 (online) dan 1 April sampai 10 April 2013 (offline) dengan jumlah responden sebanyak 129 Responden. Karena objek penelitian adalah mahasiswa non Bandung, setelah dilakukan pemeriksaan data , kuisioner yang valid dinyatakan sebanyak 124 . Jumlah data yang terkumpul dapat dijelaskan dalam tabel berikut.

Tabel 2.1. Persebaran data dari Jenis Kuisioner

Kuisioner

Jumlah Responden

Sebelum validasi data

Kuisioner online

Kuisioner offline

107 Responden

22 Responden

Total responden non valid

129 Responden

Setelah validasi data

Kuisioner online

Kuisioner offline

102 Responden

22 Responden

Total responden valid

124 Responden

Tabel 2.2. Persebaran data berdasarkan fakultas

No

Fakultas

Jumlah

Persentase(%)

1

Fakultas Elektro dan Komunikasi

28

22,0

2

Fakultas Informatika

75

59,1

3

Fakultas Rekayasa Industri

14

11,0

4

Fakultas Sains

10

7,9

Tabel 2.3. Persebaran data berdasarkan semester yang sedang ditempuh

No

Semester

Jumlah

Persentase(%)

1

2

28

22,6

2

4

76

61,3

3

6

9

7,3

4

8

11

8,9

Tabel 2.4. Persebaran data berdasarkan domisili mahasiswa

No

Provinsi

Jumlah

Persentase(%)

1

Sumatera Utara

5

4,0

2

Sumatera Barat

3

2,4

3

Sumatera Selatan

3

2,4

4

Bangka

1

0,8

5

Riau

2

1,6

6

Lampung

4

3,2

7

DKI Jakarta

12

9,7

8

Banten

5

4,0

9

Jawa Barat (non Bandung)

37

29,8

10

Jawa Tengah

24

19,4

11

Jawa Timur

14

11,3

12

DI Yogyakarta

5

4,0

13

Bali

2

1,6

14

Kalimantan Selatan

2

1,6

15

Kalimantan Timur

2

1,6

16

Kalimantan Barat

1

0,8

17

Sulawesi Selatan

1

0,8

18

Maluku

1

0,8

Jumlah

124

Data responden yang berasal dari 18 provinsi menunjukkan variasi yang cukup tinggi di lingkungan kampus IT Telkom berdasarkan domisili mahasiswa.

Tabel 2.5. Kategori responden berdasarkan IPK

No

IPK

Jumlah

Persentase(%)

1

1,00-1,50

2

1,6

2

1,51-2,00

2

1,6

3

2,01-2,50

22

17,7

4

2,51-3,00

36

29,0

5

3,01-3,50

45

36,3

6

3,51-4,00

17

13,7

Tabel 2.6. Kategori responden berdasarkan tingkat kemiripan budaya

No

Tingkat Kemiripan

Jumlah

Persentase (%)

1

Sangat Mirip

20

16,1

2

Mirip

52

41,9

3

Tidak Mirip

52

41,9

Tag : , , , , , , , , , , ,
 
 
© bambang sulistio | situs pribadi Moch. Bambang Sulistio | All Rights Reserved
www.bambangsulistio.web.id is continuation of bambangworld.blogspot.com