Tampilkan postingan dengan label ittelkom. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ittelkom. Tampilkan semua postingan

Lowongan Dosen IT Telkom 2013

on Kamis, 20 Juni 2013

Lowongan Dosen IT Telkom 2013

<<Klik pada gambar untuk memperbesar>>

 

Bagi anda yang merupakan lulusan S2 / S3 ada kesempatan yang cukup terbuka untuk bergabung sebagai tenaga pengajar di IT Telkom. Nah untuk melamar Lowongan Dosen IT Telkom 2013  ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh anda. Lowongan Dosen IT Telkom 2013 Terbuka hampir di semua fakultas dan Prodi. Berikut adalah detail Informasi Lowongan Dosen IT Telkom 2013 :

Persyaratan Umum

  • Usia Maksimal 35 Tahun (S2) dan 45 Tahun (S3)
  • Berkelakuan Baik, Sehat Jasmani dan Rohani
  • CV
  • Mengambil kompetensi dari salah satu Program Studi (lihat pada gambar)
  • Pas Foto Ukuran 4 x 6 (2 lb)

Persyaratan Akademik

  • S2 / S3 dari Perguruan Tinggi dengan akreditasi minimal B
  • IPK Minimal 3,25
  • Nilai TPA dari Bappenas minimal 500
  • Nilai Toefl minimal 500
  • Diutamakan memiliki Jabatan Fungsional Akademik
  • Sertifikasi di bidangnya
  • Untuk Pendidikan S2, wajib melanjutkan pendidikan ke S3 setelah mengajar minimal 2 Tahun

Kirimkan semua persyaratan ke IT Telkom (alamat lihat gambar) sebelum 30 Juli 2013

Informasi lebih lanjut silahkan akses www.ittelkom.ac.id

Tag : , , , , , , , , ,

Ekstensi S1 Teknik Telekomunikasi IT Telkom 2013 [update]

on Kamis, 30 Mei 2013

Sehubungan dengan SK dari Rektor ITTelkom tentang SMBB Pindahan yang baru prodi peroleh Mei 2013 ini, maka berikut kami sampaikan tentang ketentuan SMBB Pindahan 2013 Prodi S1 Teknik Telekomunikasi:

Pendaftaran dilakukan secara ONLINE melalui website SMBB Pindahan 2013 dengan alamat WEB : [pindahan.ittelkom.ac.id] yang rencananya akan dirilis SABTU 1 JUNI 2013.

Website tersebut memuat pendaftaran untuk semua prodi di ITTelkom yang menyelenggarakan kelas pindahan (S1 Teknik Telekomunikasi, S1 Sistem Komputer, dan S1 Teknik Informatika).

Ketentuan prosedur pendaftaran dll akan di rilis pada WEB tersebut, namun karena banyaknya peminat, maka informasi resmi kami sampaikan pada WEB ini (khusus untuk program studi S1 Teknik Telekomunikasi):

Persyaratan

A. ASAL PROGRAM STUDI (dibuktikan dengan file SCAN ijazah)

Program Pindahan D3 ke SI Teknik Telekomunikasi : lulusan D3 Teknik Telekomunikasi denganakreditasi minimal B

B.  SYARAT TOEFL/EPrT (dibuktikan dengan file SCAN hasil TOEFL/EPrT)

Syarat TOEFL/ English Proficiency Test ( EPrT) 425.

Sertifikat TOEFL/EPrT dikeluarkan oleh: Lab Bahasa ITTELKOM, UPT Bahasa ITB, UPT Bahasa UPI, UPT Bahasa Plban, UPT Bahasa UPI, Kampus para ALUMNUS, Lembaga Kursus LIA, Lembaga Kursus EF, Lembaga Kursus TBI,

BLCI.

C.   SYARAT IPK D3 MINIMAL (dibuktikan dengan file SCAN transkript)

Syarat IPK D3 minimal 3.00, masa studi D3 maksimal 3.5 tahun.

D.  REKOMENDASI DARI DOSEN WALI SALAH SATU DOSEN PEMBIMBING

E.  TANGGAL KELULUSAN D3 TIDAK LEBIH AWAL DARI 1 AGUSTUS 2008 (dibuktikan dengan file SCAN ijazah seperti

syarat A).

F.   MEMBAYAR BIAYA SELEKSI Rp 300.000,- DITAMBAH 4 DIGIT TERAKHIR DARI NOMOR PESERTA (nomor peserta diperoleh setelah mendaftar online. Misal nomor peserta adalah 12345678, 4 digit terakhir adalah 5678, maka calon mahasiswa mentransfer sebesar Rp. 305.678).

Biaya ditransfer transfer ke rekening IT Telkom di Bank Mandiri KCP BDG Martadinata Nomor: 131-0095019917

G.   MAHASISWA PROGRAM PINDAHAN TIDAK DIWAJIBKAN UNTUK MENGHUNI ASRAMA / APARTEMENT.

ttd.

Prodi S1 TT.

Tag : , , , , , ,

Software Design Description (SDD) Registrasi Mata Kuliah

on Selasa, 28 Mei 2013

Contoh Software Design Description (SDD)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Kegunaan

Software Design Description (SDD) ini berupa dokumen yang melengkapi kode program Sistem Informasi Registrasi Mata Kuliah (SIRMAK). Kegunaan dari penulisan dokumen ini adalah untuk memberikan penjelasan mengenai perangkat lunak yang akan dibangun baik secara umum maupun secara detail seperti definisi kebutuhan sistem dan spesifikasi kebutuhan fungsional.

Pengguna dari dokumen ini adalah pengembang perangkat lunak Sistem Informasi Registrasi Mata Kuliah dan pengguna operasional perangkat lunak. Dokumen ini digunakan sebagai acuan dan sebagai bahan evaluasi pada saat pengembangan perangkat lunak. Dengan dokumen ini diharapkan pengembangan perangkat lunak SIRMAK ini akan lebih terarah dan tidak menimbulkan ambiguitas bagi pihak pengembang dan pengguna perangkat lunak.

1.2. Tujuan

Tujuan pembuatan SDD (Software Design Description) ini adalah untuk menjelaskan langkah langkah desain dan proses-proses dalam pembuatan sistem aplikasi yang akan diterapkan pada SIRMAK, dan juga memberi definisi kebutuhan untuk sistem dan spesifikasi kebutuhan fungsional. Fungsi utama dari SIRMAK ini adalah menyediakan dan memudahkan user yang dapat menggunakan aplikasi ini untuk dapat mengakses atau pun mengelola proses registrasi mata kuliah

Secara ringkas, fungsi utama SIRMAK dapat dijelaskan sebagai berikut.

  1. Mahasiswa melakukan registrasi mata kuliah
  2. Dosen Wali melakukan persetujuan (ACC) atau penolakan terhadap mata kuliah yang diambil mahasiswa
  3. Dosen Pengampu melihat data mahasiswa yang mengikuti mata kuliah yang mengampunya
  4. Kaprodi memantau semua data registrasi dan dapat pula mengelola data secara umum sesuai yang diinginkan
  5. Bagian Keuangan, memantau mahasiswa yang telah melakukan registrasi dan generate token setiap kegiatan registrasi mata kuliah dibuka

1.3 Daftar Istilah

Definisi dan Singkatan

Berikut ini dijelaskan definisi dan singkatan yang ada dalam dokumen ini

 
Update :

mengganti sebagian atau seluruhnya sebuah data yang diinginkan.

· Insert :

pemasukan data-data yang nantinya akan diolah menjadi informasi yang dibutuhkan.

   

· Informasi : kumpulan dari beberapa data fakta mentah yang diproses untuk memenuhi kebutuhan user.

 
   

· Database :

kumpulan data yang berhubungan dan dikelompokkan dalam struktur tertentu dan dapat diakses dengan cepat.

· Password : kata kunci rahasia untuk bisa mengakses sistem.

· Interface : tampilan antarmuka pengguna dengan system.

Singkatan

· SIRMAK : Sistem Informasi Registrasi Mata Kuliah

· SDD : System Design Description

· OOP : Object Oriented Programming

· GUI : Graphical User Interface

 

1.4. Rujukan

Modul Praktikum Pemrograman Berorientasi Objek, IF Lab.2012

Modul Praktikum Rekayasa Perangkat Lunak, IF Lab.2013

 

1.5. Sistematika

Sistematika dari SDD (System Design Description) yang kami buat adalah sebagai berikut.

BAB I Pendahuluan, terdiri dari.

1.1 Kegunaan

1.2 Tujuan

1.3 Daftar Istilah

1.4 Rujukan

1.5 Sistematika

BAB II Lingkungan Implementasi, terdiri dari.

 

2.1 Sistem Perangkat Keras

2.2 Sistem Perangkat Lunak

2.3 Perangkat Implementasi

2.3.1 Implementasi Perangkat Keras

2.3.2 Implementasi Perangkat Lunak

BAB III Deskripsi Perancangan

3.1 Rancangan Basis Data

3.2 Arsitektur Perangkat Lunak

3.3 Rancangan Antarmuka Pemakai

3.4 Arsitektur Perangkat Lunak

 

BAB II

LINGKUNGAN IMPLEMENTASI

2.1. Sistem Perangkat Keras

clip_image002

Gambar 1 Sistem Perangkat Keras

Spesifikasi komputer yang dibutuhkan :

  1. Processor Intel Core2Duo
  2. Monitor VGA yang dapat menampilkan resolusi minimal 800 x 600 pixel.
  3. RAM minimal 512 MB
  4. Keyboard dan mouse untuk interaksi antara pengguna dengan sistem.

2.2. Sistem Perangkat Lunak

Perangkat lunak pendukung yang dibutuhkan adalah:

  1. MySQL & Apache

Sebagai basis data yang dibutuhkan dalam mengoperasikan perangkat lunak.

  1. Netbeans 7.0.1 / 7.3

Sebagai tool perancangan yang dibutuhkan dalam pembuatan perangkat lunak

  1. Mozilla Firefox

Sebagai browser internet yang dibutuhkan oleh mengakses localhost database

  1. Windows XP / 7

Sebagai sistem operasi komputer.

 

2.3. Perangkat Implementasi

2.3.1 Implementasi Perangkat Lunak

Untuk implementasi perangkat lunak SISMAK ini digunakan teknik OOP dengan menggunakan Netbeans dan basis data MySQL, Netbeans digunakan sebagai perangkat lunak pengembang karena tool ini paling familiar dalam pembuatan program GUI Java+basis data hingga saat ini menurut kami dan mata kuliah Pemrograman Berorientasi Objek juga sudah dilalui.

2.3.2 Implementasi Perangkat Keras

Kebutuhan Perangkat Keras yang digunakan sistem dalam implementasinya adalah sebagai berikut.

1. Processor Intel Core2Duo

2. Monitor VGA yang dapat menampilkan resolusi minimal 800 x 600 pixel.

3. RAM minimal 512 MB

4. Harddisk minimal 1 Gigabyte

5. CD Room minimal 56x

6. Keyboard dan mouse untuk interaksi antara pengguna dengan sistem.

BAB III

DESKRIPSI PERANCANGAN

3.1. Rancangan Basis Data

clip_image004

Gambar 2 Diagram Relasi Entitas

3.2. Rancangan Antarmuka Pemakai

Implementasi merupakan kegiatan penerapan program yang telah dibuat meliputi cara menggunakan program tersebut. Program yang telah dibuat dalam pengaksesannya dibagi kedalam 5(lima) bagian, yaitu.

1. Mahasiswa

Halaman Login

clip_image006

Gambar 3 Login

Pengguna memilih login dengan jenis user (mahasiswa, dosenwali,dll) lalu memasukkan username dan password, bila tervalidasi, maka halaman login awal akan terbuka.

clip_image008

Gambar 4 Halaman Awal Mahasiswa

Bila mahasiswa belum pernah register sama sekali, maka mahasiswa diwajibkan mengisi token bank yang di-generate secara otomatis oleh bagian keuangan. Proses ini hanya bisa dilakukan maksimum 5x dalam satu proses sampai kode tervalidasi, bila lebih maka akun akan diblok

clip_image010

Gambar 5 Proses Registrasi Mata Kuliah

Proses registrasi mata kuliah akan terbuka jika mahasiswa telah memasukkan kode token bank dan tervalidasi. Disini mahasiswa dapat menginputkan mata kuliah dengan batas maksimum 24 sks. Setelahnya lalu diproses ke dosen wali.

clip_image012

Gambar 6 Proses Cetak KSM

Bila dosen wali telah menyetujui (ACC) dosen wali, maka mahasiswa dapat mendownload hasil KSM sebagai bukti mahasiswa telah menyelesaikan proses registrasi. Lebih lanjut mengenai user interface dapat dilihat di file user manual yang disertakan juga bersamaan dengan SDD ini.

2. Dosen Wali

clip_image014

Gambar 7 Data Mahasiswa Wali

Di menu dosen wali, dosen wali dapat memantau data dari semua mahasiswa walinya dengan pertama kali memilih kelas. Selain memantau data dari mahasiswa wali, fungsionalitas paling vital di menu dosen wali adalah melakukan penyetujuan / penolakan terhadap rencana studi yang dibuat mahasiswa.

3. Dosen Pengampu

clip_image016

Gambar 8 Dosen Pengampu

Dosen Pengampu dapat melihat semua mahasiswa yang mengambil kelas mata kuliah yang ia ajar dengan masuk ke aplikasi SIRMAK, lalu memilih mata kuliah yang diajarkan.

4. Kepala Prodi

clip_image018 clip_image020

clip_image022 clip_image024

Dalam menu Kepala Prodi, Prodi bertindak seolah-olah sebagai admin yang dapat menginputkan data mahasiswa, data matakuliah,data dosen, dlsb. Selain itu, kepala prodi mempunyai hak akses untuk memantau semua data registrasi mahasiswa.

5. Bagian Keuangan

clip_image026 clip_image028

Bagian Keuangan dapat memantau data mahasiswa yang belum dan telah melakukan registrasi mata kuliah.

3.4 Spesifikasi Modul Pogram

3.4.1 Package Koneksi

Terdiri dari satu kelas, yaitu javaconnect.java isinya berupa source code untuk mengoneksikan program java dengan basis data MySQL.

3.4.2 Package Model

Pada package model terdiri dari enam kelas, masing-masing adalah bag_keuangan.java, dosen_ampu.java, dosen_wali.java, mahasiswa, mata_kuliah, dan prodi.java . Isi dari semua kelas model ini adalah berupa fungsi dan prosedur sesuai dengan user yang terlibat, misal dalam mahasiswa ada simpanmahasiswa(),ambiltabel(), dll dan digunakan untuk melakukan aksi tertentu. Dalam kelas ini setiap kali didefinisikan fungsi/prosedur tertentu selalu dipanggil fungsi connect di file javaconnect.java di package koneksi.

3.4.3 Package regis_mk

Pada modul package regis_mk ini adalah modul utama yang dijadikan tolakan awal untuk memanggil program. Pada modul ini dipanggil kelas login agar dapat dieksekusi pertama kali pada saat program dijalankan.

3.4.4 Package view

Pada modul ini terdiri dari cukup banyak kelas dan juga gambar-gambar yang dimasukkan ke dalam internal project. Kelas-kelas ini berisi tampilan antarmuka program per user yang disertai gambar-gambar yang juga ada dalam package ini.

 

Credit To my Team :

Moch. Bambang S (613110025)

Abdurrahman Jundullah (613110028)

Indri Irmayanti Suhendar (613110007)

Tag : , , , , , ,

Pengaruh Culture Shock Terhadap Mahasiswa Studi Kasus di Institut Teknologi Telkom, Bandung Part.2

on Senin, 29 April 2013

Tulisan ini adalah tulisan yang ke-2 , untuk membaca bagian awal silahkan klik disini

 

BAB III

ANALISIS DATA

Tabel 3.1. Harapan pertama ketika tiba di Bandung

Variabel

Jumlah

Persentase(%)

Optimistik, Senang, dan Tertantang hidup di lingkungan baru dan keinginan berprestasi

62

50,0

Biasa saja

49

39,5

Tidak Optimis, karena IT Telkom bukan tujuan awal/utama

13

10,5

Dari data yang terkumpul dapat disimpulkan setengah mahasiswa optimis, senang, dan tertantang hidup di lingkungan baru dan mempunyai keinginan berprestasi, sedangkan hampir 40% menganggap biasa saja ketika tiba di Bandung.

Tabel 3.2. Mengalami Culture Shock ketika pertama (1-3) bulan tinggal di Bandung

Variabel

Jumlah

Ya

62

Tidak

62

image

Gambar 3.1. Mengalami Culture Shock ketika pertama (1-3) bulan tinggal di Bandung dalam persen

Mahasiswa yang mengalami culture shock ketika tiba di Bandung sebanyak 50%, sedangkan yang tidak mengalami culture shock juga sebanyak 50%.

Tabel 3.3. Bentuk-Bentuk Culture Shock yang anda alami saat 1-3 bulan pertama tinggal di Bandung

Variabel

Jumlah

Merasa tidak nyaman dan tidak betah

25

Mengalami kebingungan dan ketidaktahuan ingin berbuat apa

27

Kesulitan bergaul dan mencari teman

16

Pernah tertekan dan stress hingga sakit

8

Ingin pergi meninggalkan Bandung

4

Merasa orang Bandung tidak meyenangkan

6

Bermasalah dengan makanan dan pola makanan

20

Total Responden : 62

image

Responden dapat memilih lebih dari satu opsi

Gambar 3.2. Bentuk-Bentuk Culture Shock yang anda alami saat 1-3 bulan pertama tinggal di Bandung dalam persen

Bentuk culture shock yang dialami mahasiswa IT Telkom pada 1-3 bulan pertama tinggal di Bandung, sebanyak 25% mengalami kebingungan dan ketidaktahuan ingin berbuat apa di Bandung, sedangkan 24% menjawab merasa tidak betah dan tidak nyaman tinggal di Bandung. Sebanyak 19% menjawab mengalami masalah dengan makanan dan pola makan.

Tabel 3.4. Culture Shock dalam kaitannya dengan mengganggu motivasi belajar

Variabel

Jumlah

Terganggu motivasi belajarnya

35

Tidak terganggu sama sekali

27

Total Responden : 62

image

Gambar 3.3. Culture Shock dalam kaitannya dengan mengganggu motivasi belajar dalam persen

Sebanyak 56% responden mengkaui bahwa culture shock yang mereka alami dapat mengganggu motivasi belajar yang dapat berdampak pada prestasi akademik. Sedangkan sisanya menjawab tidak mengganggu sama sekali terhadap motivasi belajar mahasiswa.

Tabel 3.5. Bentuk gangguan motivasi belajar yang dialami mahasiswa akibat mengalami culture shock

Variabel

Jumlah

Malas datang kuliah

27

Bolos kuliah

11

Tidak bisa berkonsentrasi ketika kuliah

28

Merasa tidak nyaman ikut kuliah dan ingin berhenti kuliah

11

Nilai atau IP kuliah jeblok

15

Jumlah Responden : 35

Responden dapat memilih lebih dari satu opsi

Gambar 3.4. Bentuk gangguan motivasi belajar yang dialami mahasiswa akibat mengalami culture shock dalam persen

Berdasarkan data yang didapat, sebanyak 31% mahasiswa mengalami gangguan motivasi belajar berupa tidak bisa berkonsentrasi pada saat kuliah, sedangkan 29% mahasiswa berpendapat malas untuk mengikuti perkuliahan.

Tabel 3.6. Masih mengalami culture shock hingga saat ini

Variabel

Jumlah

Ya, masih mengalami

30

Tidak, sudah bisa beradaptasi

32

Jumlah Responden : 62

Gambar 3.5. Masih mengalami culture shock hingga saat ini dalam persen

Sebanyak 52% mahasiswa masih mengalami culture shock hingga saat ini. Tentu hal ini kurang baik mengingat mereka sudah cukup lama tinggal di Bandung (minimal 6 bulan). Hal ini juga menunjukkan tingkat adaptasi lingkungan yang kuran. Dengan masih banyak mahasiswa yang mengalami culture shock hingga saat ini, dikhawatirkan dapat mengganggu motivasi belajar mahasiswa.

Tabel 3.7. Bentuk-Bentuk Culture Shock yang dialami hingga saat ini

Variabel

Jumlah

Merasa tidak nyaman dan tidak betah

7

Mengalami kebingungan dan ketidaktahuan ingin berbuat apa

2

Kesulitan bergaul dan mencari teman

4

Pernah tertekan dan stress hingga sakit

4

Ingin pergi meninggalkan Bandung

5

Merasa orang Bandung tidak meyenangkan

5

Bermasalah dengan makanan dan pola makanan

10

image

Gambar 3.6. Bentuk-Bentuk Culture Shock yang dialami hingga saat ini dalam persen

Bentuk culture shock yang dialami mahasiswa hingga saat ini persentase tertinggi adalah masih bermasalah dengan pola makan dan makanan yang ada di Bandung (lingkungan kampus) sebanyak 27%, lalu merasa tidak nyaman dan tidak betah dengan lingkungan Bandung sebanyak 19%, 14% responden lainnya menyatakan merasa masyarakat di lingkungan kampus tidak menyenangkan.

Hipotesis berdasarkan hasil rekap data

a. Keterkaitan Kemiripan Budaya dengan culture shock yang dialami

Tabel 3.8. Keterkaitan kemiripan budaya dengan culture shock yang dialami

Variabel

Mengalami culture shock / jumlah responden

Persentase (%)

Sangat Mirip (70-100%)

10/20

50,0%

Mirip (30-70%)

23/52

44,2%

Tidak Mirip (0-30%)

29/52

55,7%

Dari tabel diatas dapat diketahui semakin tidak mirip kesamaan budaya asal dengan budaya yang ditempati sekarang, kemungkinan mengalami culture shock semakin besar. Meskipun dalam taraf budaya sangat mirip persentase mengalami culture shock justru lebih tinggi dibandingkan hanya mirip saja.

b. Keterkaitan provinsi asal dengan pengalaman culture shock

Tabel 3.9. Keterkaitan provinsi asal dengan pengalaman culture shock

No

Provinsi

Jumlah

Mengalami Culture Shock

Persentase(%)

1

Sumatera Utara

5

3

60,0

2

Sumatera Barat

3

2

66,7

3

Sumatera Selatan

3

2

66,7

4

Bangka

1

1

100,0

5

Riau

2

0

0,0

6

Lampung

4

3

75,0

7

DKI Jakarta

12

3

25,0

8

Banten

5

2

40,0

9

Jawa Barat (non Bandung)

37

19

51,4

10

Jawa Tengah

24

11

45,8

11

Jawa Timur

14

7

50,0

12

DI Yogyakarta

5

2

40,0

13

Bali

2

1

50,0

14

Kalimantan Selatan

2

1

50,0

15

Kalimantan Timur

2

2

100,0

16

Kalimantan Barat

1

1

100,0

17

Sulawesi Selatan

1

1

100,0

18

Maluku

1

1

100,0

Jumlah

124

Berdasarkan data diatas yang bisa dipilah berdasarkan pulau / region, di wilayah Sumatera tingkat yang mahasiswa mengalami culture shock berkisar antara 60-100%. Meskipun mahasiswa yang berasal dari provinsi Riau didapatkan angka 0%. Sedangkan untuk wilayah pulau Jawa yang relatif paling dekat dengan kampus (Jawa Barat), tingkat mahasiswa yang mengalami culture shock cenderung kecil hingga sedang, antara 25%-50%. Untuk wilayah Indonesia Tengah ke Timur, tingkat culture shock cukup tinggi antara 50%-100% namun dominan di 100%. Maka dapat ditarik kesimpulan semakin jauh tempat asal / domisili mahasiswa semakin besar mengalami culture shock ketika tiba di Bandung.

c. Keterkaitan mengalami culture shock dan menurunkan motivasi belajar terhadap IPK mahasiswa

No

IPK

Jumlah responden

Mengalami culture shock, dan terganggu motivasi belajarnya

Persentase

1

1,00-1,50

2

2

100,0

2

1,51-2,00

2

2

100,0

3

2,01-2,50

22

9

40,9

4

2,51-3,00

36

8

22,2

5

3,01-3,50

45

11

24,4

6

3,51-4,00

17

3

17,6

Tabel 3.10. Keterkaitan mengalami culture shock dan menurunkan motivasi belajar terhadap IPK mahasiswa

Dari data diatas dapat ditarik kesimpulan dari mahasiswa yang mendapat IPK antara 1,00-1,50 seluruhnya mengalami culture shock dan terganggu motivasi belajarnya akibat mengalami culture shock. Semakin tinggi IPK yang didapatkan persentase terganggunya motivasi belajar akibat culture shock cenderung semakin kecil. Dapat ditarik kesimpulan terganggunya motivasi belajar akibat culture shock dapat berpengaruh terhadap prestasi akademik mahasiswa.

d. Keterkaitan jumlah semester yang sudah ditempuh dengan pengalaman mengalami culture shock hingga di awal saat ini

Tabel 3.11. Keterkaitan jumlah semester yang sudah ditempuh dengan pengalaman mengalami culture shock di awal hingga saat ini

No

Semester

Jumlah responden

Mengalami Culture Shock di awal

Mengalami Culture shock hingga saat ini

Perubahan (%)

1

2

28

9

3

33,3

2

4

76

45

21

46,7

3

6

9

3

2

66,7

4

8

11

4

1

25,0

Dapat ditarik kesimpulan dari tabel diatas, jumlah semester (lama tinggal) di Bandung tidak mempengaruhi terhadap perubahan culture shock yang dialami hingga saat ini , karena data di semester dua hingga semester enam, persentase perubahan justru semakin tinggi.

 

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Berdasarkan mini riset yang telah kami lakukan, dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut.

a. Setengah sampel dari populasi (50%) mahasiswa mengalami fase optimistik dimana mereka merasa senang dan tertantang ketika awal berpindah ke Bandung dan memiliki keinginan untuk berprestasi.

b. Sebanyak 50% mahasiswa mengalami culture shock pada 1-3 bulan pertama tinggal di Bandung.

c. Bentuk culture shock yang dialami mahasiswa IT Telkom pada 1-3 bulan pertama tinggal di Bandung, sebanyak 25% mengalami kebingungan dan ketidaktahuan ingin berbuat apa di Bandung, sedangkan 24% menjawab merasa tidak betah dan tidak nyaman tinggal di Bandung. Sebanyak 19% menjawab mengalami masalah dengan makanan dan pola makan.

d. Sebanyak 56% mahasiswa yang diteliti mengakui terganggu motivasi belajarnya akibat mengalami culture shock

e. Bentuk gangguan motivasi belajar yang dialami diantaranya sebanyak 31% mahasiswa mengalami gangguan motivasi belajar berupa tidak bisa berkonsentrasi pada saat kuliah, sedangkan 29% mahasiswa berpendapat malas untuk mengikuti perkuliahan.

f. Hampir setengah responden (48%) dari yang sebelumnya mengalami culture shock pada saat awal tinggal di Bandung, ternyata masih mengalami culture shock hingga saat ini.

g. Semakin tidak mirip kesamaan budaya asal dengan budaya yang ditempati sekarang, kemungkinan mengalami culture shock semakin besar. Meskipun dalam taraf budaya sangat mirip persentase mengalami culture shock justru lebih tinggi dibandingkan hanya mirip saja.

h. Semakin jauh tempat asal / domisili mahasiswa semakin besar mengalami culture shock ketika tiba di Bandung.

i. Dalam penelitian ini, jumlah semester yang telah ditempuh (lama tinggal) di Bandung tidak mempengaruhi terhadap perubahan culture shock yang dialami hingga saat ini.

4.2 Saran

a. Dalam bidang Ekonomi, berdasarkan hasil kuisioner yang didapat, dengan faktor mahasiswa yang terganggu motivasi belajarnya mengakibatkan mahasiswa tersebut tidak bisa berkonsentrasi saat kuliah (31 %), malas mengikuti kuliah (29 %), dan bahkan ada yang ingin berhenti kuliah (12 %), dapat berimpilikasi pada meningkatnya tingkat drop-out/ pengunduran diri mahasiswa yang akan menyebabkan pembiayaan orang tua dan membebankan ekonomi orangtua, apalagi bila kondisi ekonomi orangtua kurang mampu. Oleh karenanya, kami memberi saran agar Pemerintah dapat memberikan bantuan operasional untuk tingkat perguruan tinggi agar mengurangi beban orangtua dalam pembayaran kuliah di jenjang perguruan tinggi. Mahasiswa pun harus termotivasi dan siap menerima kebudayaan dan membuktikan diri dapat berprestasi meskipun tinggal jauh dari orangtua.

b. Dalam bidang Sosial, dari data yang didapat masih ada pengaruh culture shock yang dialami oleh mahasiswa meskipun sudah tinggal dalam waktu minimal 1-2 semester selama di Bandung, bahkan semakin lama tinggal di bandung, persentase nya malah semakin tinggi . Dalam hal ini kelompok kami memberi saran agar mahasiswa mampu meningkatkan pengalaman beradaptasi seperti mengetahui lebih dahulu suasana kampus / lingkungan tempat tinggal, datang cukup awal sebelum masa perkuliahan dimulai, turut serta aktif dalam kegiatan di lingkungan masyarakat / organisasi kampus, dan memahami budaya yang memang ada di lingkungan tersebut, aktif berkomunikasi dengan orang tua bila ada masalah, serta persiapan mental untuk tidak malu bertanya. Dengan beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan budaya di Bandung mahasiswa merasa lebih nyaman tinggal di Bandung dan permasalahan motivasi kuliah yang terjadi terselesaikan, sementara usaha menghindar justru tidak membuat persoalan lebih baik bahkan tampak buruk.

c. Dalam bidang Pendidikan, gangguan motivasi belajar akibat culture shock yang dialami seperti malas datang kuliah, dan tidak berkonsentrasi kuliah akan mengakibatkan prestasi akademik menurun, tentunya ini tidak baik bagi perkembangan mahasiswa, karena bukan tidak mungkin dengan prestasi akademik yang kurang baik, dapat mengakibatkan mahasiswa lulus tidak tepat waktu dan bahkan peluang menuju taraf drop-out. Oleh karenanya mahasiswa harus sebisa mungkin memahami lingkungan baru mereka, sebisa mungkin beradaptasi terhadap lingkungan baru, mengikuti komunitas tempat asal tinggal supaya lebih nyaman, dan mencoba memahami lingkungan budaya yang ada misalnya dengan mengikuti adat/ kebiasaan di lingkungan sekitar.

d. Dalam bidang Kesehatan, dengan masih adanya mahasiswa hingga saat ini yang mengalami masalah dengan pola makan dan makanan yang dapat berdampak buruk pada kesehatan mahasiswa, kelompok kami menyarankan agar mahasiswa pandai dalam memilih makanan yang sesuai dengan lidah mereka. Namun,bukan tidak mungkin untuk mencoba makanan di lingkungan budaya yang baru, karena dengan semakin sering mencoba maka akan terbiasa dengan makanan yang tersedia.

e. Ada pepatah mengatakan di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Untuk komunikasi yang lancar dan efektif perlu adanya usaha untuk menghargai dan memahami serta menerima budaya orang lain. Terlebih, kita akan tinggal di budaya itu. Jika orang ingin hidup nyaman dan berhasil di lingkungan yang baru maka mau tidak mau ia harus menyesuaikan dirinya dengan lingkungan baru tersebut.

f. Dikarenakan waktu penelitian yang terlalu singkat, jumlah data yang berhasil diperoleh masih sedikit. Terlebih lagi, banyak data dari responden yang menjawab kuesioner terkesan main-main atau kurang serius dalam menjawabnya menjadikan penelitian ini jauh dari sempurna. Untuk itu perlu dilakukan penelitian ulang atau penelitian lanjutan untuk memperbaiki dan melengkapi penelitian ini. Variabel dalam penelitian ini dapat diganti maupun ditambah. Atas kekurangan dan kelemahan penelitian ini, peneliti mohon maaf.

DAFTAR PUSTAKA

Muslimah. (2007, Maret ). Tips Mengatasi Culture Shock. Tersedia : http://buat.site11.com/?Mengatasi_Culture_Shock.[online] .[2013, April 11]

Tri Ediana, Lucia. (2009, Agustus ). CULTURE SHOCK YANG DIALAMI MAHASISWA PERANTAUAN FISIP UAJY ANGKATAN 2008 DAN PENGARUHNYA TERHADAP MOTIVASI KULIAH. Tersedia : http://luciatriedyana.wordpress.com/2009/08/.[online] .[2013, April 11]

Tag : , , , , , , , , , , , , ,

Pengaruh Culture Shock Terhadap Mahasiswa Studi Kasus di Institut Teknologi Telkom, Bandung Part.1

Berikut adalah isi makalah Mini Riset saya mengenai Pengaruh Culture Shock Terhadap Mahasiswa Studi Kasus di Institut Teknologi Telkom, Bandung . Mini Riset ini dibuat dalam rangka memenuhi nilai tugas Mata Kuliah Humaniora semester 4 D3IF IT Telkom. Mengingat isi yang panjang, maka saya bagi menjadi 2 bagian

image

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kurun waktu terdekat ini kemajuan dalam segala aspek kehidupan menuntut masyarakat untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga pendidikan telah bermunculan menawarkan berbagai pilihan kepada masyarakat. Tidak menutup kemungkinkan adanya siswa ataupun mahasiswa  yang datang dari budaya yang berbeda untuk belajar bersama-sama di tempat yang mereka datangi.

Culture shock merupakan fenomena yang akan dialami oleh setiap orang yang melintasi dari suatu budaya ke budaya lain sebagai reaksi ketika berpindah dan hidup dengan orang-orang yang berbeda pakaian, rasa, nilai, bahkan bahasa dengan yang dipunyai oleh orang tersebut (Littlejohn, 2004; Kingsley and Dakhari, 2006; Balmer, 2009;Tri Ediana,2009). Littlejohn, dalam jurnal yang ditulisnya, menyatakan bahwa culture shock adalah fenomena yang wajar ketika orang bertamu atau mengunjungi budaya yang baru. Orang yang mengalami culture shock berada dalam kondisi tidak nyaman baik secara fisik maupun emosional.

IT Telkom adalah salah satu kampus swasta di Pulau Jawa yang cukup dikenal akan kualitas dalam bidang teknik sehingga lulusannya mudah mendapatkan pekerjaan. Dengan jalur seleksi yang beragam dan ketat yang dilakukan di 36 kota dari wilayah regional Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali, hingga Sulawesi, hal ini memungkinkan adanya mahasiswa yang berasal dari luar Jawa bahkan dari luar negeri karena adanya perwakilan International Office yang memungkinkan mahasiswa luar negeri untuk belajar di IT Telkom.

Fenomena datangnya mahasiswa perantauan di IT Telkom menggugah semangat kelompok kami untuk melakukan mini riset mengenai Pengaruh Culture Shock Terhadap Mahasiswa studi kasus di Institut Teknologi Telkom, Bandung . Dalam mini riset ini mahasiswa yang berasal dari luar Bandung menjadi objek penelitian.

1.2 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah yang dilakukan dalam mini riset kali ini adalah lokasi penelitian yang hanya dilakukan di kampus IT Telkom dengan objek penelitian adalah mahasiswa yang berada dari luar Bandung yang duduk di semester dua, empat, enam, dan delapan dari semua program studi dengan metode sampling (tidak semua mahasiswa dijadikan objek penelitian) dikarenakan keterbatasan waktu dan sumber daya.

1.3 Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas pada tulisan ini meliputi.

a. apakah mahasiswa perantauan IT Telkom mengalami culture shock?

b. apakah bentuk culture shock yang dialami ?

c. apakah kondisi tersebut berpengaruh terhadap motivasi dan prestasi kuliah mahasiswa perantauan IT Telkom ?

d. apakah mahasiswa perantauan telah mampu beradaptasi di lingkungan IT Telkom setelah berkuliah minimum satu semester ?

1.4 Tujuan

Tujuan yang akan dibahas dalam tulisan ini sebagai berikut.

a. Menjelaskan culture shock yang terjadi pada mahasiswa perantauan IT Telkom

b. Menjelaskan bentuk-bentuk culture shock yang dialami mahasiswa perantauan IT Telkom

c. Menjelaskan pengaruh culture shock terhadap motivasi dan prestasi belajar mahasiswa perantauan IT Telkom

d. Mengetahui tingkat adaptasi mahasiswa perantauan IT Telkom setelah menempuh pendidikan paling minimum satu semester.

1.5 Manfaat

a. Secara praksis dapat dijadikan panduan atau bahan bacaan oleh mahasiswa baru yang akan berpindah dari lingkungan sekolah menengah yang laa ke lingkungan universitas khususnya IT Telkom.

b. Secara akademis dapat menjadi penelitian awal yang dapat dikembangkan oleh peneliti selanjutnya.

1.6 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode kualitatif ini dimaksudkan untuk melihat gambaran culture shock pada mahasiswa perantauan dalam pengaruhnya terhadap prestasi dan motivasi belajar. Kelompok juga menggunakan metode kuantitatif yaitu dengan penyebaran kuisioner baik kuisioner online dan offline kepada mahasiswa perantauan di IT Telkom. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampel acak (random sampling). Selain itu penyusun juga melakukan studi pustaka dan browsing internet dalam pengumpulan data yang berkaitan dengan culture shock.

BAB II

DESKRIPSI DATA

Berdasarkan data yang didapat dengan melakukan kuisioner secara online dan offline yang dilakukan mulai tanggal 20 Maret 2013 sampai 1 April 2013 (online) dan 1 April sampai 10 April 2013 (offline) dengan jumlah responden sebanyak 129 Responden. Karena objek penelitian adalah mahasiswa non Bandung, setelah dilakukan pemeriksaan data , kuisioner yang valid dinyatakan sebanyak 124 . Jumlah data yang terkumpul dapat dijelaskan dalam tabel berikut.

Tabel 2.1. Persebaran data dari Jenis Kuisioner

Kuisioner

Jumlah Responden

Sebelum validasi data

Kuisioner online

Kuisioner offline

107 Responden

22 Responden

Total responden non valid

129 Responden

Setelah validasi data

Kuisioner online

Kuisioner offline

102 Responden

22 Responden

Total responden valid

124 Responden

Tabel 2.2. Persebaran data berdasarkan fakultas

No

Fakultas

Jumlah

Persentase(%)

1

Fakultas Elektro dan Komunikasi

28

22,0

2

Fakultas Informatika

75

59,1

3

Fakultas Rekayasa Industri

14

11,0

4

Fakultas Sains

10

7,9

Tabel 2.3. Persebaran data berdasarkan semester yang sedang ditempuh

No

Semester

Jumlah

Persentase(%)

1

2

28

22,6

2

4

76

61,3

3

6

9

7,3

4

8

11

8,9

Tabel 2.4. Persebaran data berdasarkan domisili mahasiswa

No

Provinsi

Jumlah

Persentase(%)

1

Sumatera Utara

5

4,0

2

Sumatera Barat

3

2,4

3

Sumatera Selatan

3

2,4

4

Bangka

1

0,8

5

Riau

2

1,6

6

Lampung

4

3,2

7

DKI Jakarta

12

9,7

8

Banten

5

4,0

9

Jawa Barat (non Bandung)

37

29,8

10

Jawa Tengah

24

19,4

11

Jawa Timur

14

11,3

12

DI Yogyakarta

5

4,0

13

Bali

2

1,6

14

Kalimantan Selatan

2

1,6

15

Kalimantan Timur

2

1,6

16

Kalimantan Barat

1

0,8

17

Sulawesi Selatan

1

0,8

18

Maluku

1

0,8

Jumlah

124

Data responden yang berasal dari 18 provinsi menunjukkan variasi yang cukup tinggi di lingkungan kampus IT Telkom berdasarkan domisili mahasiswa.

Tabel 2.5. Kategori responden berdasarkan IPK

No

IPK

Jumlah

Persentase(%)

1

1,00-1,50

2

1,6

2

1,51-2,00

2

1,6

3

2,01-2,50

22

17,7

4

2,51-3,00

36

29,0

5

3,01-3,50

45

36,3

6

3,51-4,00

17

13,7

Tabel 2.6. Kategori responden berdasarkan tingkat kemiripan budaya

No

Tingkat Kemiripan

Jumlah

Persentase (%)

1

Sangat Mirip

20

16,1

2

Mirip

52

41,9

3

Tidak Mirip

52

41,9

Tag : , , , , , , , , , , ,

MENUMBUHKAN KESADARAN PENGGUNAAN TRANSPORTASI MASSAL UNTUK AKTIVITAS SEHARI-HARI

on Kamis, 28 Maret 2013

MENUMBUHKAN KESADARAN PENGGUNAAN TRANSPORTASI MASSAL UNTUK AKTIVITAS SEHARI-HARI

oleh :

Moch. Bambang Sulistio (NIM : 613110025)

Institut Teknologi Telkom

bambangbendhill@gmail.com

A. Pendahuluan

Sektor Transportasi menjadi komponen utama sistem hidup dan kehidupan, sistem pemerintahan, dan sistem kemasyarakatan. Kondisi sosial demografis memiliki pengaruh terhadap kinerja transportasi di wilayah tersebut. Begitu pula dengan tingkat kepadatan penduduk akan memiliki pengaruh signifikan terhadap kemampuan transportasi dalam melayani kebutuhan masyarakat. Di perkotaan, kecenderungan yang terjadi adalah meningkatnya jumlah penduduk yang tinggi karena tingkat kelahiran dan urbanisasi. Tingkat urbanisasi berimplikasi pada semakin padatnya penduduk dan secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi daya saing transportasi wilayah.

Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk menempati urutan empat di dunia, dengan lebih dari 250 juta penduduk. Dengan penduduk yang banyak dan kontur geografis Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau, Transportasi massal menjadi sarana angkut yang cukup penting untuk mobilitas warga dalam menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari. Pada realitasnya, masih banyak masyarakat  enggan menggunakan transportasi massal dan cenderung menggunakan kendaraan pribadi karena berbagai alasan. Tentu dengan fenomena ini memunculkan banyak masalah baru seperti kemacetan, polusi udara, kebijakan subsidi BBM yang membengkak, bahkan dapat menyentuh langsung sektor riil seperti kegiatan perekonomian, pendidikan, dan bidang lain akibat efisiensi waktu yang berkurang dan menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Tulisan ini mencoba mendeskripsikan fenomena tersebut, terutama yang disoroti adalah bidang transportasi angkatan darat serta memberikan saran dan solusi untuk kembali menumbuhkan kepercayaan menggunakan kendaraan umum dibanding kendaraan pribadi.

B. Kurangnya Penggunaan Transportasi Publik

1. Tren Penggunaan Kendaraan Pribadi  Meningkat

Di Indonesia khususnya di sektor angkatan darat, tren penggunaan kendaraan pribadi terus meningkat secara signifikan, berdasarkan data dari  Badan Pusat Statistik, di tahun 2011 jumlah mobil penumpang mencapai 9.548.866 atau naik 7,40% dibanding tahun 2010. Jumlah sepeda motor sebanyak 68.839.941 unit mengalami peningkatan signifikan sebesar 12,71% dibanding tahun 2010. Hal tersebut jauh berbeda dengan pertumbuhan pertambahan angkutan massal seperti bis misalnya, yang naik hanya 0,19% dengan jumlah 2.254.406 unit.

Kendaraan Pribadi memiliki keuntungan dalam hal mobilitas, penggunaan kendaraan pribadi meningkatkan efisiensi seseorang bekerja, rekreasi dan melakukan aktivitas sosial. Tren penggunaan kendaraan pribadi yang terus meningkat menunjukkan cerminan hasil interaksi antara peningkatan taraf hidup dan kebutuhan mobilitas penduduk. Menjamurnya perusahaan kredit motor dan mobil dengan iming-iming down payment yang murah membuat masyarakat tergiur membeli unit kendaraan pribadi, saat ini mudah ditemui satu keluarga mempunyai lebih dari satu unit kendaraan padahal tingkat ekonomi mereka belum memadai.

Bila kita ambil contoh di Jakarta, berdasakan data Kementerian Perhubungan melalui Dirjen Perhubungan Darat, tercatat 84% kendaraan yang lalu lalang adalah kendaraan pribadi. Dari jumlah ini, 45% hanya bermuatan satu orang saja, sehingga penggunaan kendaraan pribadi sudah tidak lagi efisien. Belum lagi pertumbuhan jalan yang tidak sebanding dengan pertambahan kendaraan, di Jakarta misalnya yang hanya bertambah 0,01 % pertahun membuat kemacetan panjang tidak dapat lagi dielakkan.

2. Penggunaan Transportasi Massal terus menurun

Penggunaan kereta api sebagai alat angkut transportasi massal, saat ini baru tersedia di pulau Jawa, dan Sumatera. Sayangnya, penggunaan transportasi yang dikelola PT.KAI ini jumlahnya dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Di Pulau Jawa misalnya berdasarkan data di tahun 2012 jumlah pengguna kereta api hanya 99,8 juta, atau hampir turun dua kali lipat dari sebelumnya di tahun 2011. Hal serupa juga tidak jauh berbeda dengan keadaan di Sumatera.

Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat dalam menggunakan transportasi massal seperti kereta api terus mengalami penurunan. Penurunan ini bisa disebabkan banyak faktor, seperti harga, kenyamanan, hingga ketepatan waktu yang tidak sesuai sehingga mengganggu mobilitas masyarakat.

3. Sarana dan Prasarana Tidak Memadai

  Sarana transportasi massal yang ada terkesan dibiarkan tumbuh asal-asalan tanpa manajemen yang baik. Saat ini masih mudah ditemui alat transportasi massal yang tidak laik lagi digunakan karena usia yang sudah tua namun masih dibiarkan beroperasi, bahkan fasilitas didalamnya juga cukup memprihatinkan, seperti kursi yang sudah mulai berlubang, kaca yang sudah retak, tidak adanya pendingin udara, tidak adanya pintu darurat, dibiarkannya pedagang masuk untuk berjualan, tingkat kebersihan yang buruk, hingga tindakan supir yang ugal-ugalan, sehingga tidak memberikan kenyamanan malah membahayakan penumpang. Belum lagi polusi udara yang tinggi akibat mesin yang sudah usang. 

Halte yang saat ini berjejer di pinggir jalan tidak lagi digunakan sebagai tempat penumpang untuk menunggu angkutan, tidak sedikit halte justru digunakan untuk pedagang kaki lima dan tempat “transit” pengemis untuk mencari sesuap nasi. Transportasi massal seperti bis dan angkutan umum belum termanajemen dengan baik, dikarenakan kebijakan pemerintah sedari awal yang kurang memperhatikan hal ini. Seharusnya bis dan angkutan umum tidak menurunkan penumpang di sembarang jalan, tapi di halte yang telah ditentukan. Setiap angkutan umum dan bis seharusnya memiliki trayek masing-masing dengan jumlah yang merata sesuai dengan tingkat kepadatan penduduk di wilayah tersebut, sehingga tidak ada lagi demonstrasi supir angkot yang mengeluh karena kekurangan penumpang. Peremajaan kendaraan pun sangat penting untuk memberikan kenyamanan kepada penumpang. Peran Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan sangat dibutuhkan dalam menindak tegas angkutan yang sudah tidak laik jalan namun masih “berkeliaran” di jalanan, dan juga memberikan subsidi dalam harga perjalanan sehingga dapat meningkatkan minat masyarakat kembali menggunakan transportasi umum.

        Bila kita melihat sistem transportasi umum di Singapura misalnya, sistem transportasi di Singapura sudah terintegrasi dengan pembangunan kawasan komersial dan pemukiman. Pemerintah Singapura bekerja sama secara konsisten dengan berbagai lembaga tanpa adanya Korupsi dan Kolusi demi kemajuan transportasi di negaranya. Efisiensi waktu, kemudahan, integrasi, dan kenyamanan adalah ganjaran atas usaha pemerintah Singapura dalam meningkatkan layanan moda transportasi. Pelancong baru sekalipun akan mudah bepergian kemana-mana karena terdapat peta yang dengan mudah ditemui di setiap sudut, bis teratur sesuai jadwal, stasiun-stasiun MRT yang dilengkapi pendingin udara, dan integrasi dengan menggunakan teknologi informasi. Semua fasilitas yang ada dirawat seolah-olah selalu terlihat baru. Begitu juga di Jepang tidak jauh berbeda, masyarakat memilih menggunakan transportasi massal untuk aktivitas sehari-hari karena segalanya serba efisien, ketika ingin melakukan rekreasi, barulah mempertimbangkan menggunakan kendaraan pribadi.

    Saat ini, ibukota DKI Jakarta sudah mulai melirik potensi transportasi massal dengan sudah berjalannya Trans Jakarta dan rencana dibangunnya MRT, meskipun bisa dikatakan terlambat, semoga usaha ini cepat terwujud dan dapat diikuti oleh pemerintah daerah lainnya.

C. Upaya Membangkitkan Minat Masyarakat Menggunakan Transportasi Umum

       Pembangunan transportasi massal di kota-kota besar di Indonesia saat ini merupakan kebutuhan yang mendesak. Kita tidak mungkin membiarkan pertumbuhan kendaraan pribadi dan menimbulkan kemacetan yang kian parah. Diperlukan upaya keras dari pemerintah dalam menggiatkan kembali penggunaan transportasi umum. Karut marutnya sistem transportasi nasional mungkin tidak bisa dilepaskan dari tidak adanya cetak biru sistem transportasi nasional, kalaupun ada seperti berdiri sendiri.

        Kementerian Perhubungan, Kementerian Pekerjaan Umum, BAPPENAS, dan Pemerintah seperti tidak terintegrasi satu sama lain, sehingga tidak pernah terbangun sistem transportasi intermoda yang andal, efisien dan mampu memenuhi tuntutan pergerakan dan pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah.

        Dalam sektor Kebijakan dan Hukum, Pemerintah harus mulai melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga terkait untuk membuat cetak biru transportasi yang layak dan memadai, dan secepat mungkin merealisasikannya. Kebijakan-kebijakan pemerintah dalam menekan laju pertumbuhan kendaraan pribadi juga harus dilakukan, misalnya dengan melakukan pembatasan pembelian jumlah kendaraan pertahun misalnya, dan secara tegas melarang kendaraan yang sudah tidak laik beroperasi untuk tidak lagi digunakan di jalan raya, bila masih digunakan diberikan sanksi berupa hukuman penjara agar memberi efek jera. Terkait kebijakan yang ada seperti pembatasan kendaraan dengan pola ganjil genap, ataupun penerapan three in one harus dilakukan uji publik terlebih dahulu, agar tidak menimbulkan apatisme dari masyarakat dengan cara melakukan segala cara untuk melanggar kebijakan yang dibuat.

        Dalam sektor Ekonomi, subsidi bagi transportasi massal sangat diperlukan agar minat masyarakat dalam menggunakan transportasi massal meningkat, sebaliknya juga ada retribusi bagi pengguna kendaraan pribadi dengan meningkatkan tarif tol ataupun penambahan pajak kendaraan.

      Dari bidang Sosial, dibutuhkan sosialisasi yang jelas dari pemerintah dan kesadaran warganya untuk mulai kembali menggunakan transportasi umum, jangan sampai menunggu lagi. Setelah pembenahan transportasi dilakukan, pemerintah segera melakukan sosialisasi dengan memberikan nilai-nilai positif bila menggunakan transportasi umum, dengan demikian diharapkan minat masyarakat pada transportasi umum meningkat.

       Dari bidang Pendidikan, kurikulum pendidikan berkarakter yang saat ini sedang didengung-dengungkan harus tercipta realisasinya, misalnya dalam disiplin antre, disiplin menjaga kebersihan, kesadaran lingkungan , dan lainnya sehingga ketika peserta didik terjun ke masyarakat sikap kesadaran dan disiplin tersebut dilakukan ketika mereka menggunakan transportasi umum.

        Di bidang Kesehatan dan Lingkungan, diperlukan sosialisasi dari Pemerintah agar dapat menimbulkan kesadaran masyarakat bahwa semakin banyak kendaraan yang ada di jalan, menimbulkan tingkat polusi tinggi yang dapat merusak kesehatan lingkungan maupun kesehatan manusia akibat kualitas udara yang kita hirup. Pembatasan pembangunan gedung-gedung tidak boleh kebablasan, harus memperhatikan penghijauan terutama di pinggir jalan dan pusat perkotaan untuk mengimbangi tingkat polusi kendaraan.

         Di bidang Teknologi Informasi, integrasi sistem tiket dengan menggunakan kartu (smart card) dapat dilakukan, sehingga dapat memudahkan masyarakat dalam melakukan pembayaran. Kartu yang dibuat hendaknya tidak berlaku di satu jenis kendaraan, namun di semua jenis kendaraan. Hal tersebut dapat dilakukan melalui mekanisme dan kerjasama yang baik diantara pemerintah dan pihak terkait.

D. Penutup

       Kebutuhan Transportasi Massal saat ini adalah kebutuhan yang mendesak. Perlu upaya pemerintah dan kesadaran masyarakat dalam upaya kembali menggiatkan penggunaan moda transportasi massal, namun tidak berarti masyarakat dilarang menggunakan kendaraan pribadi, namun penggunaannya tidak dilakukan dalam aktivitas sehari-hari. Bila Pemerintah bekerja keras dengan menciptakan kondisi moda transportasi kita sudah layak dan memadai disertai fasilitas pendukung yang baik, niscaya akan banyak pengguna kendaraan pribadi yang akan beralih ke moda transportasi umum sehingga berdampak positif bagi kehidupan masyarakat seperti berkurangnya tingkat kemacetan, efisiensi waktu tempuh, berkurangnya polusi, dan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Amilla. (2010, Agustus 13). Belajar dari Singapura membuat sistem transportasi terintegrasi. Tersedia : http://amillavtr.wordpress.com/2010/08/13/belajar-dari-singapura-membuat-sistem-transportasi-terintegrasi//.[online] .[2013, Maret 26]

Badan Pusat Statistik. (2013, Januari 4). Statistik Indonesia 2012. Tersedia : http://www.bps.go.id/hasil_publikasi/si_2012/index3.php?pub=Statistik%20Indonesia%202012/ [online]. [2013, Maret 27]

Departemen Perhubungan.(tanpa tahun). Pedoman Teknis Prinsip Dasar Pembatasan Lalu Lintas Kendaraan Pribadi. Tersedia : http://bstp.hubdat.web.id/data/arsip/batas.pdf.[online]. [2013, Maret 27]

RIWAYAT HIDUP

Moch. Bambang Sulistio lahir di Bandung, 15 Juli 1992 adalah lulusan SMA Negeri 1 Margahayu Bandung, saat ini sedang menempuh pendidikan Diploma Tiga (D-3)  di Jurusan Teknik Informatika , Institut Teknologi Telkom.

Tag : , , , , , , , , ,

IP dan Subnetting serta Perhitungannya

on Kamis, 21 Maret 2013


IP Address

IP Address direpresentasikan dalam 32 bit data, dan biasanya dituliskan dalam 4 buah angka yang masing-masing merepresentasikan 8 bit bilangan, dan dipisahkan oleh. Jadi  apabila  misalnya  IP  Address  memiliki  bilangan  bit  seluruhnya  1,  maka  akan dituliskan sebagai 255.255.255.255.
 
Berdasarkan jumlah host yang dapat dimiliki sebuah jaringan, jaringan terbagi atas
 
5 kelas IP, yaitu klas A, B, C, D dan E. Namun karena yang paling sering dan umum digunakan adalah  kelas A, B, dan C, maka kali ini hanya akan dibahas ketiga kelas IP tersebut.
 
Network kelas A
 
Jaringan  kelas  A  memiliki  ciri  bit  pertama  adalah  0,  sedangkan  7  bit  berikutnya mengidentifikasi  jaringan, dan 24 bit berikutnya adalah host. Jadi pada kelas ini hanya akan terdapat 27 jaringan, atau 128 buah jaringan, namun setiap jaringan dapat memiliki jutaan host (224 buah host). Jadi network kelas A akan memiliki angka pertama dari IP Address antara 0-127.


 
Network kelas B
 
Apabila dua bit pertama dari IP Address adalah 1 0, maka jaringan tersebut termasuk dalam jaringan kelas B. Dua bit pertama akan mengidentifikasikan kelas dari jaringan, 14 bit      berikutnya    akan        mengidentifikasikan                                   jaringannya,    sedangkan   16   berikutnya mengidentifikasi host. Ada ribuan jaringan kelas B, dan tiap jaringan memiliki ribuan host. Angka pertama dari IP Address untuk jaringan kelas B berkisar antara 128-191.
 
 
Network kelas C
 
Jaringan kelas C bercirikan tiga bit pertama dari IP Address adalah 1 1 0. Tiga bit pertama ini mencirikan jenis jaringannya, 21 bit berikutnya mengidentifikasi jaringannya sendiri, dan 8 bit sisanya mengidentifikasi host. Ada jutaan network kelas C, namun tiap jaringan  hanya  memiliki  maksimal  254  hostAngka  pertama  dari IP  Address  untuk jaringan kelas C berkisar antara 192-223.
 
Selain ke tiga kelas di atas, ada 2 kelas lagi yang ditujukan untuk pemakaian khusus, yakni kelas D dan kelas E. Jika 4 bit pertama adalah 1110, IP Address merupakan kelas D yang  digunakan  untuk  multicast address, yakni sejumlah komputer yang memakai  bersama  suatu  aplikasi  (bedakan  dengan  pengertian  network  address yang mengacu kepada sejumlah komputer yang memakai bersama suatu network).
 
 
Salah satu penggunaan multicast address yang sedang berkembang saat ini di Internet adalah untuk aplikasi real-time video conference yang melibatkan lebih dari dua host (multipoint),  menggunakan  Multicast Backbone  (MBone).  Kelas terakhir  adalah kelas E (4 bit pertama adalah 1111 atau sisa dari seluruh kelas).
 
 
Pemakaiannya  dicadangkan  untuk  kegiatan  eksperimental.Jenis  kelas  address yang diberikan oleh kooordinator IP Address bergantung kepada kebutuhan instansi yang meminta,  yakni  jumlah  host  yang  akan  diintegrasikan  dalam  network  dan  rencana pengembangan untuk beberapa tahun mendatang.


Untuk  perusahaan,  kantor  pemerintah  atau  universitas  besar  yang  memiliki puluhan ribu  komputer dan sangat berpotensi untuk tumbuh menjadi jutaan komputer, koordinator IP Address akan mempertimbangkan untuk memberikan kelas A. Contoh IP Address kelas A yang dipakai di Internet adalah untuk amatir paket radio seluruh dunia, mendapa I nomor   44.xxx.xxx.xxx.   Untuk   kelas   B,   contohny adalah   nomor
172.16.xxx.xxx .
 
 
 
Selain address yang dipergunakan untuk pengenal host, ada beberapa jenis address yang digunakan  untuk  keperluan khusus dan tidak boleh                                  digunakan untuk pengenal host. Address tersebut adalah :
 
 

Network Address.

 
Address ini digunakan untuk mengenali suatu network pada jaringan Internet. Misalkan untuk  host dengan IP Address kelas B 167.205.4.60. Tanpa memakai subnet, network address dari host ini adalah 167.205.0.0. Address ini didapat dengan membuat seluruh bit host pada 2 segmen terakhir menjadi 0.
Tujuannya  adalah  untuk  menyederhanakan  informasi  routing  pada  Internet. Router  cukup  melihat  network  address  (167.205)  untuk  menentukan  kemana  paket tersebut harus dikirimkan.  Contoh untuk kelas C, network address untuk IP address
202.152.1.250 adalah 202.152.1.0. Analogi yang baik untuk menjelaskan fungsi network address ini adalah dalam pengolahan surat pada kantor pos.
Petugas penyortir surat pada kantor pos cukup melihat kota tujuan pada alamat surat (tidak  perlu membaca seluruh alamat) untuk menentukan jalur mana yang harus ditempuh surat tersebut.  Pekerjaan routing” surat-surat menjadi lebih cepat. Demikian juga halnya dengan router di Internet pada saat melakukan routing atas paket-paket data
 
 

Broadcast Address.

 
 
Address ini digunakan untuk mengirim/menerima informasi yang harus diketahui oleh  seluruh  host  yang  ada  pada  suatu  network.  Seperti  diketahui,  setiap  paket  IP memiliki header alamat tujuan berupa IP Address dari host yang akan dituju oleh paket


tersebut. Dengan adanya alamat ini, maka hanya host tujuan saja yang Memproses paket tersebut, sedangkan host lain akan mengabaikannya.
Bagaimana jika suatu host ingin mengirim paket kepada seluruh host yang ada pada networknya ? Tidak efisien jika ia harus membuat replikasi paket sebanyak jumlah hos tujuan.Pemakaian   bandwidth  akan  meningkat  dan  beban  kerja  host  pengirim bertambah,  padahal  isi  paket-paket  tersebut  sama.  Oleh  karena  itu,  dibuat  konsep broadcast address.
 
 
Host cukup mengirim ke alamat broadcast, maka seluruh host yang ada pada network akan menerima paket tersebut. Konsekuensinya, seluruh host pada network yang sama  harus  memiliki  address  broadcast  yang  sama  dan  address  tersebut  tidak  boleh digunakan sebagai IP Address untuk host tertentu.
Jadi, sebenarnya setiap host memiliki 2 address untuk menerima paket : pertama adalah  IP  Addressnya  yang  bersifat  unik  dan  kedua  adalah  broadcast  address  pada network  tempat  host  tersebut  berada.  Address  broadcast  diperoleh  dengan  membuat seluruh  bit  host  pada  IP  Address  menjadi  1.  Jadi,  untuk  host  dengan  IP  address
167.205.9.35  atau  167.205.240.2,  broadcast  addressnya  adalah  167.205.255.255  (2 segmen terakhir dari IP Address tersebut dibuat berharga
11111111.11111111, sehingga secara desimal terbaca 255.255). Jenis informasi yang dibroadcast biasanya adalah informasi routing.
 
 

Loopback Address.

 
Yaitu IP address dengan harga 127.0.0.1. Beberapa aplikasi menggunakan alamat ini untuk  keperluan  loopbacking  process.  Secara  teori  loopback  address  akan  menunjuk dirinya sendiri didalam jaringan  yang menggunakan protokol CTP/IP, sehingga paket yang dikirim kealamat ini akan kembali ke dirinya
sendiri.
 
 
 
Jika host milik kita ingin bergabung dengan jaringan internet, tentu kita harus memiliki IP  address untuk host kita. IP address bersifat unik, yang artinya dalam satu


jaringan internet tidak boleh ada dua host yang memiliki IP address yang sama. Dengan demikian kita tidak boleh sembarangan memakai IP address sesuka kita. Biasanya kita mendapatkan IP address dengan jalan membeli dari pihak yang berwenang, misalnya dari sebuah ISP.
 
 
Arsitektur TCP/IP memungkinkan kita menggunakan beberapa range IP address untuk  kepentingan  LAN  atau  intranet  secara  cuma-cuma  dengan  suatu  kondisi  dan persyaratan tertentu. IP  address ini disebut dengan Privat IP address yang daftarnya dapat dilihat pada tabel dibawah:
.
 
Tabel 1. IP Private
 
Address Range
Network Class
10.0.0.0 -10.255.255.255
Class A
172.16.0.0-172.31.255.255.255
Class B
192.168.0.0-192.168.255.255
Class C
 

DASAR TEORI SUBNETTING

 
Subnetting berfungsi untuk menyembunyikan detail dari internal network suatu   organisasi  ke  router  eksternal.  Selain  itu,  subnetting  juga  mempermudah manajemen  jaringan   dan  menambah  efisiensi  dari  jaringan  tersebut.  Dengan subnetting kita dapat membatasi jumlah  maksimal host yang dapat dialokasikan pada suatu subnet. Dengan subnetting kita dapat memeriksa kesalahan jaringan dengan cepat karena kesalahan tersebut sudah terlokalisasi.
 
 
Bayangkan  jika  organisasi  yang  memiliki  1000  komputer  tidak  melakukan subnetting, jika terjadi satu kesalahan, maka semua network akan down. Demikian pula administrator yang harus memperbaiki kesalahan tersebut harus mencari kesalahan satu per satu dalam 1000 komputer tersebut.
Network tanpa subnetting juga akan memperberat tugas router karena routing table-nya yang sangat banyak dan harus membroadcast host sekian banyak tersebut.


 
Sebenarnya subnetting itu apa dan kenapa harus dilakukan? Pertanyaan ini bisa dijawab dengan analogi sebuah jalan. Jalan bernama Gatot Subroto terdiri dari beberapa rumah bernomor 01-08, dengan rumah nomor 08 adalah  rumah Ketua RT yang memiliki tugas mengumumkan informasi apapun kepada seluruh rumah di wilayah Jl. Gatot Subroto.
 
 
Ketika  rumah  di  wilayah  itu  makin  banyak,  tentu  kemungkinan  menimbulkan  keruwetan  dan kemacetan.  Karena  itulah kemudian diadakan pengaturan lagi, dibuat gang-gang, rumah yang masuk ke gang diberi nomor rumah baru, masing-masing gang ada Ketua RTnya sendiri-sendiri. Sehingga ini akan memecahkan kemacetan, efiesiensi dan optimalisasi transportasi, serta setiap gang memiliki previledge sendiri-sendiri dalam mengelola wilayahnya. Jadilah gambar wilayah baru seperti di bawah:
 
 
Konsep     seperti      inilah    sebenarnya       konsep      subnetting     itu. Disatu     sisi    ingin mempermudah pengelolaan, misalnya suatu kantor ingin membagi kerja menjadi 3 divisi dengan masing-masing


divisi memiliki 15 komputer (host). Disisi lain juga untuk optimalisasi dan efisiensi kerja jaringan, karena jalur lalu  lintas tidak terpusat di satu network besar, tapi terbagi ke beberapa ruas-ruas gang. Yang pertama analogi Jl Gatot Subroto dengan rumah disekitarnya dapat diterapkan untuk jaringan adalah seperti NETWORK ADDRESS (nama jalan) dan HOST ADDRESS (nomer rumah). Sedangkan Ketua RT diperankan oleh BROADCAST ADDRESS  (192.168.1.255), yang bertugas mengirimkan message ke semua host yang ada di network tersebut.
 
 
Masih mengikuti analogi jalan diatas, kita terapkan ke subnetting jaringan adalah seperti gambar di bawah.                 Gang     adalah      SUBNET,    masing-masing       subnet      memiliki    HOST     ADDRESS     dan BROADCAST ADDRESS.
 
 
Terus apa itu SUBNET MASK? Subnetmask digunakan untuk membaca bagaimana kita membagi jalan dan  gang atau  membagi  network  dan  hostnya.  Address  mana  saja  yang  berfungsi sebagai SUBNET, mana yang HOST  dan mana yang BROADCAST. Semua itu bisa kita ketahui dari SUBNET MASKnya. Jl Gatot Subroto tanpa gang yang saya tampilkan di awal bisa dipahami


sebagai menggunakan SUBNET MASK DEFAULT, atau dengan kata lain bisa disebut juga bahwa Network tersebut  tidak memiliki subnet (Jalan tanpa Gang). SUBNET MASK DEFAULT ini untuk masing-masing Class IP Address adalah sbb:
CLASS
OKTET PERTAMA
SUBNET MAS DEFAULT
PRIVATE ADDRESS
A
1-127
255.0.0.0
10.0.0.0-10.255.255.255
B
128-191
255.255.0.0
172.16.0.0-172.31.255.255
 
C
 
192-223
 
255.255.255.0
192.168.0.0-
192.168.255.255
<!--[if !vml]-->clip_image009<!--[endif]-->


 
IP Address v4 memiliki struktur alamat yang tersusun atas bilangan 32 bit. Subnet mask adalah suatu bilangan biner 32 bit yang akan di-AND-kan dengan IP Address untuk mendapatkan subnet host.
 
 
Misalnya  alamat  IP  Address  10.126.11.16  dan  10.126.11.17  dengan  netmask
 
255.255.255.0. Untuk mendapatkan lokasi subnet host ini, IP Address 10.126.11.16 akan di-AND  dengan netmask-nya. Jika IP Address 10.126.11.17 di-AND dengan netmask- nya menghasilkan hasil yang sama dengan hasil AND dari 10.126.11.16 dengan netmask- nya, maka 2 IP Address tersebut berada dalam satu subnet
 
 
.           IP Address dengan alamat 10.126.11.x dengan netmask 255.255.255.0 (24 bit) akan memiliki  Net Address 10.126.11.0 dan Broadcast Address 10.126.11.255. Alamat IP diantara 10.126.11.0 dan  10.126.11.255 adalah alamat IP yang dapat dialokasikan dalam subnet tersebut.
 

Perhitungan Subnetting

 
Kali ini saatnya anda mempelajari teknik penghitungan subnetting. Penghitungan subnetting bisa dilakukan dengan dua cara, cara binary yang relatif lambat dan cara khusus yang lebih cepat. Pada hakekatnya  semua  pertanyaan  tentang  subnetting  akan  berkisar  di  empat  masalah:  Jumlah Subnet, Jumlah Host per Subnet, Blok Subnet, dan Alamat Host- Broadcast.
Penulisan IP address umumnya adalah dengan 192.168.1.2. Namun adakalanya ditulis dengan
 
192.168.1.2/24,  apa  ini  artinya?  Artinya  bahwa  IP  address  192.168.1.2  dengan  subnet  mask
 
255.255.255.0. Lho kok bisa seperti itu? Ya, /24 diambil dari penghitungan bahwa 24 bit subnet mask             diselubung      dengan      binari     1.    Atau    dengan      kata     lain,     subnet      masknya      adalah:
11111111.11111111.11111111.00000000 (255.255.255.0). Konsep ini yang disebut dengan CIDR (Classless Inter-Domain Routing) yang diperkenalkan pertama kali tahun 1992 oleh IEFT. Pertanyaan berikutnya adalah Subnet  Mask berapa saja yang bisa digunakan untuk melakukan
<!--[if !vml]-->
<!--[endif]--><!--[if !mso]-->
<!--[endif]-->
Subnet Mask
Nilai CIDR
 
255.255.240.0
 
/20
 
255.255.248.0
 
/21
 
255.255.252.0
 
/22
 
255.255.254.0
 
/23
 
255.255.255.0
 
/24
 
255.255.255.128
 
/25
255.255.255.192
/26
255.255.255.224
/27
 
255.255.255.240
 
/28
255.255.255.248
/29
 
255.255.255.252
 
/30
 
<!--[if !mso]-->
<!--[endif]--><!--[if !mso & !vml]--> <!--[endif]--><!--[if !vml]-->
<!--[endif]-->subnetting? Ini terjawab dengan tabel di bawah:
 
Subnet Mask
Nilai CIDR
 
255.128.0.0
 
/9
 
255.192.0.0
 
/10
 
255.224.0.0
 
/11
 
255.240.0.0
 
/12
 
255.248.0.0
 
/13
 
255.252.0.0
 
/14
255.254.0.0
/15
255.255.0.0
/16
 
255.255.128.0
 
/17
255.255.192.0
/18
 
255.255.224.0
 
/19
 
 

 

SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS C

 
Subnetting seperti apa yang terjadi dengan sebuah
 
NETWORK ADDRESS 192.168.1.0/26 ?
 
Analisa:         192.168.1.0         berarti         kelas        C       dengan         Subnet         Mask        /26        berarti
 
11111111.11111111.11111111.11000000 (255.255.255.192).
enghitungan: Seperti sudah saya sebutkan sebelumnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berpusat di  4  hal, jumlah subnet, jumlah host per subnet, blok subnet, alamat host dan broadcast yang valid. Jadi kita selesaikan dengan urutan seperti itu:
1.  Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnet mask
 
(2 oktet terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A). Jadi Jumlah Subnet adalah 2= 4 subnet
2.  Jumlah Host per Subnet = 2y   2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya
 
binari 0 pada oktet terakhir subnet. Jadi jumlah host per subnet adalah 26 2 = 62 host
 
3.  Blok Subnet = 256 192 (nilai oktet terakhir subnet mask) = 64. Subnet berikutnya adalah
 
64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
 
4.  Bagaimana dengan alamat host dan broadcast yang valid? Kita langsung buat tabelnya.
Sebagai catatan, host pertama adalah 1 angka setelah subnet, dan broadcast adalah 1 angka sebelum subnet berikutnya.
 
 
Subnet
 
192.168.1.0
 
192.168.1.64
 
192.168.1.128
 
192.168.1.192
 
Host Pertama
 
192.168.1.1
 
192.168.1.65
 
192.168.1.129
 
192.168.1.193
 
Host Terakhir
 
192.168.1.62
 
192.168.1.126
 
192.168.1.190
 
192.168.1.254
 
Broadcast
 
192.168.1.63
 
192.168.1.127
 
192.168.1.191
 
192.168.1.255
 
 
Kita sudah selesaikan subnetting untuk IP address Class C. Dan kita bisa melanjutkan lagi untuk subnet mask yang lain, dengan konsep dan teknik yang sama. Subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class C adalah  seperti di bawah. Silakan anda coba menghitung seperti cara diatas untuk subnetmask lainnya.
 
 
Subnet Mask
Nilai CIDR
255.255.255.128
/25
255.255.255.192
/26
255.255.255.224
/27
255.255.255.240
/28
255.255.255.248
/29
255.255.255.252
/30

SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS B

 
Berikutnya kita akan mencoba melakukan subnetting untuk IP address class B. Pertama, subnet mask  yang  bisa  digunakan  untuk  subnetting  class  B  adalah  seperti  dibawah.  Sengaja  saya pisahkan jadi dua, blok sebelah kiri  dan kanan karena masing-masing berbeda teknik terutama untuk oktet yang dimainkan berdasarkan blok  subnetnya. CIDR /17 sampai /24 caranya sama persis dengan subnetting Class C, hanya blok subnetnya kita masukkan langsung ke oktet ketiga, bukan  seperti  Class  C  yang dimainkan di oktet  keempat.  Sedangkan  CIDR /25  sampai /30 (kelipatan) blok subnet kita mainkan di oktet keempat, tapi setelah selesai oktet ketiga berjalan
<!--[if !vml]-->
<!--[endif]--><!--[if !mso]-->
<!--[endif]-->
Subnet Mask
Nilai CIDR
255.255.255.128
/25
255.255.255.192
/26
255.255.255.224
/27
255.255.255.240
/28
255.255.255.248
/29
255.255.255.252
/30
 
<!--[if !mso]-->
<!--[endif]--><!--[if !mso & !vml]--> <!--[endif]--><!--[if !vml]-->
<!--[endif]-->maju (coeunter) dari 0, 1, 2, 3, dst.
 
 
Subnet Mask
Nilai CIDR
255.255.128.0
/17
255.255.192.0
/18
255.255.224.0
/19
255.255.240.0
/20
255.255.248.0
/21
255.255.252.0
/22
255.255.254.0
/23
255.255.255.0
/24
 
 
 
 
Ok,  kita  coba  dua  soal  untuk  kedua  teknik  subnetting  untuk  Class  B.  Kita  mulai  dari  yang menggunakan subnetmask dengan CIDR /17 sampai /24. Contoh network address 172.16.0.0/18. Analisa:                       172.16.0.0         berarti         kelas         B,       dengan         Subnet         Mask        /18        berarti
11111111.11111111.11000000.00000000 (255.255.192.0).
 
Penghitungan:
 
1.  Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada 2 oktet terakhir. Jadi Jumlah
 
Subnet adalah 2= 4 subnet
 
2.  Jumlah Host per Subnet = 2y   2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada 2 oktet terakhir. Jadi jumlah host per subnet adalah 214 2 = 16.382 host
3.  Blok Subnet = 256 192 = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192.
 
Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
 
4.  Alamat host dan broadcast yang valid?
 
 
Subnet
172.16.0.0
172.16.64.0
172.16.128.0
172.16.192.0
Host Pertama
172.16.0.1
172.16.64.1
172.16.128.1
172.16.192.1
Host Terakhir
172.16.63.254
172.16.127.254
172.16.191.254
172.16.255.254
Broadcast
172.16.63.255
172.16.127.255
172.16.191.255
172.16..255.255
 
 
Berikutnya kita coba satu lagi untuk Class B khususnya untuk yang menggunakan subnetmask
 
CIDR /25 sampai /30. Contoh network address 172.16.0.0/25.
 
Analisa:         172.16.0.0         berarti        kelas         B,       dengan         Subnet         Mask        /25        berarti
 
11111111.11111111.11111111.10000000 (255.255.255.128).
 
Penghitungan:
 
1.  Jumlah Subnet = 2= 512 subnet
 
2.  Jumlah Host per Subnet = 2 2 = 126 host
 
3.  Blok Subnet = 256 128 = 128. Jadi lengkapnya adalah (0, 128)
 
4.  Alamat host dan broadcast yang valid?
 
Subnet
172.16.0.0
172.16.0.128
172.16.1.0
172.16.255.128
Host Pertama
172.16.0.1
172.16.0.129
172.16.1.1
172.16.255.129
Host Terakhir
172.16.0.126
172.16.0.254
172.16.1.126
172.16.255.254
Broadcast
172.16.0.127
172.16.0.255
172.16.1.127
172.16.255.255


SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS A

 
Kalau  sudah  mantab  dan  paham,  kita  lanjut  ke  Class  A.  Konsepnya  semua  sama  saja. Perbedaannya  adalah di OKTET mana kita mainkan blok subnet. Kalau Class C di oktet ke 4 (terakhir), kelas B di Oktet 3 dan 4  (2 oktet terakhir), kalau Class A di oktet 2, 3 dan 4 (3 oktet terakhir). Kemudian subnet mask yang bisa  digunakan untuk subnetting class A adalah semua subnet mask dari CIDR /8 sampai /30.
Kita coba latihan untuk network address 10.0.0.0/16.
 
Analisa:         10.0.0.0         berarti         kelas          A,       dengan          Subnet         Mask         /16         berarti
 
11111111.11111111.00000000.00000000 (255.255.0.0).
 
Penghitungan:
 
1.  Jumlah Subnet = 2= 256 subnet
 
2.  Jumlah Host per Subnet = 216 2 = 65534 host
 
3.  Blok Subnet = 256 255 = 1. Jadi subnet lengkapnya: 0,1,2,3,4, etc.
 
4.  Alamat host dan broadcast yang valid?
 
Subnet
10.0.0.0
10.1.0.0
10.254.0.0
10.255.0.0
Host Pertama
10.0.0.1
10.1.0.1
10.254.0.1
10.255.0.1
Host Terakhir
10.0.255.254
10.1.255.254
10.254.255.254
10.255.255.254
Broadcast
10.0.255.255
10.1.255.255
10.254.255.255
10.255.255.255
Mudah-mudahan  sudah  setelah  anda  membaca  paragraf  terakhir  ini,  anda  sudah  memahami
 
penghitungan subnetting dengan baik. Kalaupun belum paham juga, anda ulangi terus artikel ini pelan-pelan dari atas.
 
 
Catatan:  Semua  penghitungan  subnet  diatas  berasumsikan  bahwa  IP  Subnet-Zeroes  (dan  IP Subnet-Ones) dihitung secara default. Buku versi terbaru Todd Lamle dan juga CCNA setelah 2005 sudah mengakomodasi masalah IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) ini. CCNA pre-2005 tidak memasukkannya  secara  default  (meskipun  d kenyataan  kita  bisa  mengaktifkannya  dengan command ip subnet-zeroes), sehingga mungkin dalam beberapa buku  tentang CCNA serta soal- soal test CNAP, anda masih menemukan rumus penghitungan Jumlah Subnet = 2x 2
 

Soal :

<!--[if !supportLists]-->1.      <!--[endif]-->Tentukan jumlah subnet, jumlah host, blok subnet dari
220.168.0.1/27
Jawab :
Ini termasuk kelas C
11111111.11111111.11111111.11100000
225            225              255        224

Kenapa ada 3 digit binari di bit paling akhir?
karena diambil dari 1/27. Nah yang angka 1 itu 27 buah di susun pada 32 bit tersebut.

Jumlah subnet
<!--[if !supportLineBreakNewLine]-->
<!--[endif]-->
2x= 23= 8
x merupakan 3 binari terakhir
dari mana datang nya 3?
Jawab: dari 3 angka 1 di bit terakhir
 
Jumlah host per subnet:
2y-2=25
 
=32-2
=30
Y merupakan kebalikan dari X, jika X itu jumlah angka 1 di bit terakhir, maka Y jumlah 0  nya.
 
Blok subnet
256-224(ini jumlah binary 1 yang 3 digit di akhir)
= 32
jadi 0, 32, 64, 96, 128, 160, 196, 224
 
<!--[if !supportLists]-->2.      <!--[endif]-->Sebuah  Perusahaan  PT.D3IF3501  mempunyai  5  departemen,  dimana  setiap  department mempunyai 30  komputer, dengan menggunakan subnetting , berapa subnet yang dapat tercipta, dan berapa subnet mask yang digunakan !
Jawaban :
1 department = 30 komputer, alamat kelas yang mendekati adalah kelas C , dan kita akan menggunakan IP Private yaitu 192.168.0.0 -192.168.255.255 .
Yang dipilih misalkan adalah 192.168.1.1
 
IP Address         : 192.168.1.1
 
Subnet Mask  : 255.255.255.0 ( Default Subnet Mask )
 
Dengan  default  subnet  mask  255.255.255.0  berarti  jumlah  computer  yang  dapat terhubung adalah 254, di dapat dari jumlah 0 pada 255.255.255.0 adalah 8 bit ,
Maka  28     = 256 -2 =254, 2 berasal dari network ID dan Broadcast ID
255.255.255.0000000 = jumlah 0 = 28     artinya jumlah host ada 254
 
Jika hanya 30 komputer, yang mendekati adalah 25    = 32, atau artinya jumlah bit 0 yang diperlukan adaah 5 bit
 
 
Maka menjadi 255.255.255.11100000 = 255.255.255.224
 
 
 
Subnet mask yang terbaru adalah : IP Address : 192.168.1.1
Subent Mask  : 255.255.255.224
Setelah didapatkan subnet mask, maka selanjutnya adalah IP Address . IP Address                  :192.168  .1    .1
 
Subnet Mask  : 255.255.255.224
 
Telah terjadi penambahan 3 bit pada octet ke empat. Jika dirubah ke decimal, maka
IP Address                       :192.168  .1  .00000000
 
Subnet Mask  : 255.255.255.11100000
 
 
 
Yang perlu diingat, kita menggunakan 2 5      artinya jumlah bit 0 terdapat 5 buah, maka range yang didapat adalah 25  =32, maka
 
 
Tabel 2. Contoh Hasil akhir
 
IP Address Range
Network ID
Broadcast Address
192.168.1.1 - 192.168.1.30
192.168.1.0
192.168.1.31
192.168.1.33 - 192.168.1.62
192.168.1.32
192.168.1.63


 
192.168.1.65 - 192.168.1.94
192.168.1.64
192.168.1.95
192.168.1.97 - 192.168.1.126
192.168.1.96
192.168.1.127
192.168.1.129 - 192.168.1.158
192.168.1.128
192.168.1.159
192.168.1.161 - 192.168.1.190
192.168.1.160
192.168.1.191
192.168.1.193 - 192.168.1.222
192.168.1.192
192.168.1.223
192.168.1.225 - 192.168.1.254
192.168.1.224
192.168.1.255
 
 
Dalam  table  diatas  terdapat  8  subnet  yang  dapat  digunakan,  artinya  untuk perusahaan  PT.D3IF3501, dapat memilih dari 8 subnet yang tersedia, karena hanya 5 divisi maka 3 untuk dicadangkan, dan maksimum host dari subnet diatas adalah 30 host, lebih baik dari pada menggunakan 255.255.255.0 yang sampai 254 komputer .
 
<!--[if !supportLists]-->3.      <!--[endif]-->Host A terkoneksi ke LAN, tetapi tidak dapat terkoneksi ke Internet. Konfigurasi Host dapat dilihat pada gambar dibawah ini, identifikasi penyebab masalah yang terjadi !
          
            Jawab :
            CIDR /27 artinya netmask yang digunakan adalah 255.255.255.224. Dari sini kita tahu bahwa isian netmask di host adalah berbeda, jadi salah setting di netmask. Yang kedua blok subnet = 256-224 = 32, jadi subnetnya adalah kelipatan 32 (0, 32, 64, 86, 128, …, 224). Artinya di bawah Router 1, masuk di subnet 198.18.166.32. Alamat gateway sudah benar, karena biasa digunakan alamat host pertama. Hanya alamat IP hostnya salah karena 198.18.166.65 masuk di alamat subnet 198.18.166.64dan bukan 198.18.166.32.
 
<!--[if !supportLists]-->4.      <!--[endif]-->Di Ruangan Komputer Umum Universitas Telkom  terdapat 250 komputer yang akan dikoneksikan dalam sebuah sistem jaringan. Dalam perencanaan IP yang akan digunakan adalah IP kelas C. Menurut anda berapakah  CIDR yang cocok untuk kasus tersebut.
Jawab
Karena ada 250 Komputer, maka harus dibagi/subnet.
Akan dicoba, subnet mask 255.255.255.224 dengan nilai CIDR 27.
atau dapat ditulis 11111111. 11111111. 11111111. 11100000 / 27
jumlah subnet 2 X = 2 3 – 2 = 8 buah
jumlah host per subnet 2 y - 2 = 2 -2 = 32 – 2 = 30
pembagian IP dalam masing-masing subnet adalah : 256 – 224 = 32
pembagian IP nya :
192.168.1.0 s/d 192.168.1.31
192.168.1.32 s/d 192.168.1.63
192.168.1.64 s/d 192.168.1.95
192.168.1.96 s/d 192.168.1.127
192.168.1.128 s/d 192.168.1.159
192.168.1.160 s/d 192.168.1.191
192.168.1.192 s/d 192.168.1.223
192.168.1.224 s/d 192.168.1.256
 
<!--[if !supportLists]-->5.      <!--[endif]-->Dalam suatu perusahaan, diketahui 25 Subnet memiliki 300 Komputer tiap segmen, default subnet mask kelas B adalah 255.255.0.0, Berapakah subnet mask dari kasus tersebut ?
Jawab:   
Untuk rumus  mencari host kita gunakan 2n-2 ≥ jumlah host, maka:
2n-2 ≥ 300
2n  ≥ 302
n   ≥ 9 (untuk jumlah bit 0) jadi 11111111.11111111.11111110.00000000
sehingga didapat subnet mask 255.255.254.0·              
Untuk rumus  mencari subnet kita gunakan 2n ≥ jumlah network, maka:
2n ≥ 25
n  ≥ 5 (untuk jumlah bit 1) jadi 11111111.11111111.11111000.00000000
sehingga didapat subnet mask 255.255.248.0

Sumber :
Blog romisatriawihono dengan sedikit perubahan.
Sumber lainnya juga ikut disertakan.
Sedikit pengetahuan penulis juga ikut dilibatkan
Tag : , , , , , , , , , , , , , ,
 
 
© bambang sulistio | situs pribadi Moch. Bambang Sulistio | All Rights Reserved
www.bambangsulistio.web.id is continuation of bambangworld.blogspot.com